Sabtu, 15 Maret 2014

LP & ASKEP CKR (KHOLIS)



LAPORAN PENDAHULUAN DAN ASUHAN KEPERAWATAN
PADA PASIENDENGAN KASUS CKR DI RUANG IGD
RSUD Dr. ISKAK TULUNGAGUNG


STIKES HAH TA.jpg


Oleh :
Muhammad Nur Kholis
NIM 02.12.027









SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN HUTAMA ABDI HUSADA
PRODI KEPERAWATAN DIPLOMA III
TAHUN AJARAN 2014 / 2015

LAPORAN PENDAHULUAN PADA KLIEN
DENGAN KASUS CKR DIRUANG IGD Dr. ISKAK TULUNGAGUNG

1.1.1        Definisi
1)      Cedera kepala merupakan salah satu penyebab kematian dan kecacatan utama pada kelompok usia produktif dan sebagian besar terjadi akibat kecelakaan lalu lintas (Mansjoer, 2000; 3).
2)      Cedera kepala adalah cedera kepal yang mengenai kulit kepala, tengkorak dan otak. Dapat mengakibatkan suatu abrasi, kontusio atau avulsi serta kelainan neurologis yang serius (Baughman, 2000; 65).
3)      Cedera kepala ringan merupakan bentuk trauma dimana terjadi pingsan (kurang dari 10 menit), gejala lain mungkin pusing, noda-noda didepan mata dan linglung. Commotio serebri tidak meninggalkan gejala sisa / menyebabkan kerusakan struktur otak (Yasmin, 1994; 50).
4)       
1.1.2        Etiologi
Kebanyakan cedera kepala merupakan akibat salah satu dari kedua mekanisme dasar yaitu kontak bentur / guncangan lanjut. Cidera kontak bentuk terjadi bila kepala membentur obyek yang relatif tidak bergerak seperti badan mobil atau tanah dikenal dengan cidera perlambatan (decelerasi). Guncangan lanjut dikenal dengan cidera percepatan (acelerasi), merupakan peristiwa guncangan kepala yang hebat terjadi jika benda yang sedang bergerak membentur kepala yang diam seperti trauma akibat pukulan benda tumpul / karena kena lemparan benda tumpul (Hudak dan Gallo, 1996; 226)

1.1.3        Fisiologi
Otak merupakan jaringan yang konsistensi kenyal menyerupai agar dan terletak didalam ruangan yang tertutup oleh tulang, yaitu kranium (tengkorak) yang secara absolut tidak dapat bertambah volumenya, terutama pada orang dewasa. Jaringan otak dilindungi oleh beberapa pelindung, mulai dari permukaan luar adalah kulit kepala yang mengandung rambut, lemak, dan jaringan lainnya, tulang tengkorak, meningens (selaput otak), dan likuor serebro spinalis. Otak berfungsi untuk menyelenggarakan kerjasama yang rapi dan mengkoordinasikan gerakan-gerakan tubuh, menghisap suatau rangsangan diluar pengendalian pekerja otot, pengatur aktivitas mental, akal intelegensia, keinginan dan memori
1.1.4 Pathofisiologi










Nyeri kepala 
 




 















Cedera kepala yang diakibatkan oleh benturan yang mengakibatkan kerusakan sel otak, fraktur, luka robek / lecet. Kerusakn sel otak dapat mengakibatkan gangguan autoregulasi yang menyebankan aliran darah yang menuju ke otak menurun dan asam laktat meningkat yang mengakibatkan oedem otak mak terjadi perubahan perfusi jaringan, selain itu oedem otak dapat menyebabkan peningkatan TIK yang dapat menyebabkan nyeri kepala dan kelemahan sehingga terjadi kurang perawatan diri dan keterbatasan aktivtas / intoleran aktivitas. Sedangkan fraktur / luka robek / lecet dapat menyebabkan kerusakan integritas jaringan dan resiko infeksi pada luka robek tersebut.
1.1.5 Klasifikasi
Menurut Satyanegara (1998), pada dasarnya cedera kepala diklasifikasikan menurut keadaan patologis yang terjadi dan peristiwa tampilan klinisnya.

1.1.5.1        Klasifikasi Patologi Cedera Kepala
1)      Cedera Kepala Primer
Fraktur
Linier
Depresi
Basis kranii
Cedera fokal
Konkusi
'Kup'
'Kontra - Kup'
Hematom
Epidural
Subdural
Intra serebral
Cedera difus
Konkusi
Ringan
Klasik
Cedera aksonal difusa
Ringan
Moderat
Berat
2)      Kerusakan Otak Sekunder
Gangguan sistemik : akibat
Hipoksia – hipotensi
Gangguan metabolisme energi
Kegagalan autoregulasi
Hematom traumatika
Hematom epidural
Hematom subdural (akut dan kronis)
Efusi subdural (akut dan kronis)
Hematom intra serebral
3)      Edema serebral
Perifokal
Generalisata
4)      Pergeseran Otak (Brain Shift) – Herniasi Batang Otak
1.1.5.2        Klasifikasi Klinis Cedera Kepala
Cedera kepala pada praktek klinis sehari-hari dikelompokkan atas empat gradasi sehubungan dengan kepentingan seleksi perawatan penderita, pemantauan diagnostik – klinis penanganan dan prognosisnya, yaitu :
1)      Tingkat I   :  Bila dijumpai adanya riwayat kehilangan kesadaran / pingsan yang sesaat setelah mengalami trauma, dan kemudian sadar kembali. Pada waktu diperiksa dalam keadaan sadar penuh, orientasi baik, dan tidak ada defisit neurologis.
2)      Tingkat II  :  Kesadaran menurun namun masih dapat mengikuti perintah-perintah yang sederhana, dan dijumpai adanya defisit neurologis fokal.
3)      Tingkat III   :        Kesadaran yang sangat menurun dan tidak bisa mengikuti perintah (walaupun sederhana) sama sekali. Penderita masih bisa bersuara, namun susunan kata-kata dan orientasinya kacau, gaduh gelisah. Respon motorik bervariasi dari keadaan yang masih mampu melokalisir rasa sakit sampai tidak ada respons sama sekali. Postur tubuh dapat menampilkan posisi dekortikasi - deserebrasi.
4)      Tingkat IV   :        Tidak ada fungsi neurologis sama sekali.
Menurut Mansjoer (2000) cedera kepala dapat diklasifikasikan berdasarkan mekanisme, keparahan dan morfologi cedera yaitu :
1)      Mekanisme : berdasarkan adanya penetrasi durameter
(1)   Trauma tumpul
a.       Kecepatan tinggi (tabrakan otomobil)
b.      Kecepatan rendah (terjatuh, dipukul)
(2)   Trauma tembus (luka tembus peluru dan cedera lainnya)
2)      Keparahan cedera
a.       Ringan    :  GCS 14 – 15
b.      Sedang   :  GCS 9 – 13
c.       Berat      :  GCS 3 – 8  
3)      Morfologi
a.       Fraktur tengkorak
Kranium    :  linear / stelatu, depresi / non depresi, terbuka / tertutup
Basis          :  dengan / tanpa kebocoran cairan serebro spinalis, dengan / tanpa kelumpuhan nervus VII
b.      Lesi intra kranial
Fokal         :  epidural, subdural, intra serebral
Difus         :  konkusi ringan, konkusi klasik, cedera aksonal difus

1.1.4        Manifestasi Klinis
Gejala-gejala yang terjadi
1)      Penurunan tingkat kesadaran
2)      Nyeri kepala
3)      Muntah
4)      Hemiparesis
5)      Dilatasi pupil
6)      Penurunan nadi
7)      Peningkatan suhu
8)      Kejang
9)      Komplikasi
10)  Hemiplegia
11)  Kaku kuduk
12)  Oedema otak

1.1.6        Pemeriksaan Penunjang
1)      CT scan
2)      MRI
3)      Angiografi
4)      EKG
5)      Sinar - X
6)      Pemeriksaan toksikologi
7)      BAER (Brain Auditory Evoked Tomography)
8)      PET (Positron Emission Tomography)
9)      Pungsi lumbal, CSS
10)  GDA (Gas Darah Arteri)
11)  Kimia / elektrolit darah
12)  Kadar anti konvulsan darah

1.1.7        Penatalaksanaan
1)      Pedoman resusitasi dan penilaian awal
(1)   Menilai jalan nafas : bersihkan jalan nafas dari debris dan muntahan
(2)   Menilai sirkulasi : frekuensi denyut jantung, tekanan darah
(3)   Obati kejang : kejang konvulsi dapat terjadi dan harus diobati
(4)   Menilai tingkat keparahan (GCS)
2)      Pedoman penatalaksanaan
(1)   Foto tulang belakang, kolar servikal
(2)   Cairan IV (NaCl 0,9 % / NS / RL), pemeriksaan darak
(3)   CT scan
(4)   Pada pasien dengan GCS kurang, elevasi kepala 300, hiperventilasi, manitol 20 % 1 gr/kg IV, pasang folley catheter, konsul bedah saraf
3)      Penatalaksanaan khusus cedera kepala ringan
Pasien umumnya dapat dipulangkan kerumah tanpa pemeriksaan CT scan bila pemeriksaan neurologis dalam batas normal, foto servikal normal, adanya orang yang bertanggung jawab


1.2  Tinjauan Asuhan Keperawatan
1.2.1        Pengkajian
1.2.1.1        Anamnesa
1)      Kapan cedera kepala tersebut terjadi ?
2)      Adakah perdarahan yang hebat yang perlu ditangani segera ?
3)      Adakah terjadi fraktur pada tengkorak kepala ?
4)      Adakah terjadi penurunan kesadaran ?
5)      Sudah berobat kemanakah sebelum dibawa kerumah sakit ?
1.2.1.2        Pemeriksaan fisik
1)      Aktifitas atau istirahat
Gejala     :  merasa lemah, lelah, kaku, hilang keseimbangan
Tanda     :  perubahan kesadaran, letargi, hemiparese, quadreplegia, ataksia, cara berjalan yang tidak tegap, masalah dalam keseimbangan, cedera / trauma ortopedi, kehilangan tonus otot, otot spastik
2)      Sirkulasi
Gejala     :  perubahan tekanan darah / normal (hipertensi), perubahan frekuensi jantung
3)      Integritas ego
Gejala     :  perubahan tingkah laku / kepribadian
Tanda     :  cemas, mudah tersinggung, delirium, agitasi, bingung, depresi / impulsif
4)      Eliminasi
Gejala     :  inkontinensia kandung kemih / usus mengalami gangguan fungsi

5)      Makanan atau cairan
Gejala     :  mual, muntah, dan mengalami perubahan selera
Tanda     :  muntah (mungkin proyektil), gangguan menelan (buntu, air liur keluar, disfagia)
6)      Neuro sensori
Gejala     :  kehilangan kesadaran sementara, amnesia seputar kejadian, vertigo, sinkope, kehilangan pendengaran, perubahan dalam penglihatan, gangguan pengucapan dan penciuman
Tanda     :  perubahan kesadaran bisa sampai koma, perubahan status mental, perubahan pupil, kehilangan penginderaan, sangat sensitif terhadap sentuhan dan gerakan
7)      Nyeri atau kenyamanan
Gejala     :  sakit kepala dengan intensitas dan lokasi yang berbeda
Tanda     :  wajah menyeringai, respon  menarik pada rangsangan nyeri yang hebat, gelisah, tidak bisa istirahat, merintih
8)      Pernapasan
Gejala     :  perubahan pola nafas, nafas berbunyi, stridor, ronchi, tersedak, mengi positif
9)      Keamanan
Gejala     :  trauma baru / trauma karena kecelakaan
Tanda     :  fraktur / dislokasi, gangguan penglihatan, kulit laserasi, abrasi, gangguan rentang gerak, tonus otot hilang, demam, gangguan dalam regulasi tubuh

10)  Interaksi sosial
Gejala     :  afasia motorik / sensorik, bicara tanpa arti, bicara berulang-ulang, disatria, anemia

1.2.2        Rencana Asuhan Keperawatan
1.2.2.1        Gangguan rasa nyaman (nyeri kepala) berhubungan dengan peningkatan TIK
1)      Batasan karakteristik
Data subyektif
Komunikasi (verbal atau kode) dari pemberi gambaran nyeri
Data obyektif
Perilaku melindungi, protektif
Memfokuskan pada diri sendiri
Penyempitan fokus
Perilaku distraksi
Wajah tampak menahan nyeri
2)      Kriteria hasil
      Individu akan :
(1)   Sampaikan bahwa orang lain memvalidasi adanya nyeri
(2)   Mengungkapkan hilangnya setelah kepuasan tindakan penghilang dibuktikan oleh pasien tampak rileks
3)      Intervensi dan Rasional :
(1)   Observasi tanda-tanda vital tiap 4 jam
R   :  tanda-tanda vital menunjukkan keadaan pasien sehingga menentukan tindakan medis dan obat-obatan yang sesuai
(2)   Ciptakan lingkungan yang nyaman
R   :  memberikan efek kenyamanan, menurunkan reaksi fisiologis tubuh
(3)   Anjurkan pasien untuk bedrest
R   :  meningkatkan istirahat, untuk mempertahankan TIK
(4)   Anjurkan pada pasien untuk tidak memakai bantal untuk tidur
R   :  mencegah terjadinya aliran balik vena ke jantung
(5)   Kolaborasi dengan dokter dalam pemberian obat
R   :  analgesik dapat menurunkan tingkat nyeri
1.2.2.2        Kurang perawatan diri berhubungan dengan kelemahan fisik sekunder terhadap peningkatan TIK
1)      Batasan karakteristik
Mayor
(1)   Ketidakmampuan untuk mandi sendiri (termasuk mencuci bagian tubuh dalam, gosok gigi, perawatan kulit dan kuku, rambut)
(2)   Ketidak mampuan untuk melakukan toileting sendiri
2)      Kriteria hasil
      Individu akan :
(1)   Mengidentifikasikemauan dalam aktivitas perawatan diri
(2)   Menunjukkan kebersihan optimal sesudah perawatan dengan dibantu
(3)   Berpartisipasi secara fisik / verbal dalam makan, berpakaian, toileting dan mandi
(4)     Intervensi dan Rasional :
(1)   Kaji faktor penyebab atau penunjang
R   :  menentukan bantuan yang diberikan secara optimal atau sebagian
(2)   Berikan gosokan perlahan pada kulit saat mandi
R   :  kulit merupakan pertahanan primer, gosokan punggung dapat merelaksasikan otot-otot yang lama tidak digunakan aktivitas
(3)   Bantu aktivitas (mandi, toileting, berpakaian)
R   :  menurunkan risiko terjadinya peningkatan TIK oleh aktivitas yang berlebih
(4)   Observasi kebersihan tubuh pasien
R   :  keadaan tubuh yang bersih meningkatkan rasa nyaman
1.2.2.3        Resiko infeksi berhubungan dengan kerusakan pertahanan primer
1)      Batasan karakteristik
Data subyektif
(1)   Apakah orang mengeluh demam, nyeri
(2)   Riwayat terkena penyakit infeksi
Data obyektif
(1)   Adanya luka
(2)   Suhu
(3)   Status nutrisi
2)      Kriteria hasil
      Individu akan :
(1)   Mendemonstrasikan tehnik mencuci tangan yang tepat saat pulang
(2)   Melaksanakan tindakan pencegahan yang sesuai untuk mencegah infeksi
(3)   Tidak mengeluh demam, nyeri
3)      Intervensi dan Rasional :
(1)   Observasi keadaan luka
R   :  mengetahui lebih dini jika terjadi infeksi pada luka
(2)   Pantau suhu tubuh tiap 4 jam
R   :  peningkatan suhu tubuh mengidentifikasi terjadinya infeksi
(3)   Berishkan luka dengan tehnik aseptik
R   :  cara pertama untuk mencegah terjadinya infeksi pada luka
(4)   Kolaborasi dengan dokter untuk memeriksakan kadar WBC
R   :  peningkatan kadar WBC mengidentifikasi telah terjadi infeksi
(5)   Kolaborasi dengan dokter dalam pemberian antibiotik
R   :  antibiotik mencegah terjadinya infeksi lebih lanjut
1.2.2.4        Kerusakan integritas kulit
1)      Batasan karakteristik
Mayor
Kerusakan invasi struktur tubuh (insisi / sayatan, ulkus dermal)
Minor
Lesi (primer, sekunder)
Edema
Eritema
2)      Kriteria pengkajian
Data subyektif
(1)   Riwayat medis (bedah)
(2)   Faktor-faktor yang berpengaruh
Data obyektif
(1)   Warna kulit, turgor, tekstur
(2)   Jenis lesi, lokasi
(3)   edema
3)      Intervensi dan Rasional :
(1)   Identifikasi faktor-faktor penyebab
R   :  penekanan pada daerah yang menonjol terlalu lama menimbulkan luka
(2)   Usahakan klien selalu bersih dan kering
R   :  keadaan basah menyebabkan kulit mudah terluka bila disertai tekanan yang lama
(3)   Ganti posisi sekurang-kurangnya 2 jam
R   :  meminimalkan terjadi penekanan pada satu tempat yang terlalu lama
(4)   Kurangi sumber-sumber penekanan dari luar
R   :  penekanan pada satu daerah yang terlalu lama menyebabkan luka
1.2.2.5        Perubahan perfusi jaringan
1)      Batasan karakteristik
Mayor
Penurunan nadi
Perubahan warna kulit
Penurunan TD
Minor
Perubahan fungsi sensori
Perubahan fungsi motorik
2)      Tujuan
(1)   Mempertahankan tingkat kesadaran
(2)   Tekanan darah dan nadi stabil
(3)   Tidak terdapat tanda-tanda peningkatan tekanan intra kranial
3)      Intervensi dan Rasional :
(1)   Observasi GCS
R   :  mengkaji adanya kecenderungan pada tingkat kesadaran dan potensial peningkatan TIK
(2)   Observasi tekanan darah
R   :  peningkatan TD sistemik yang diikuti oleh penurunan TD sistolik merupakan tanda terjadinya peningkatan TIK, jika diikuti oleh penurunan kesadaran
(3)   Evaluasi reflek pupil
R   :  reaksi pupil diatur oleh saraf kranial akulomotor (III) dan berguna untuk menentukan apakah btang otak masih baik
(4)   Bantu pasien untuk menghindari batuk, muntah, tidak boleh mengejan
R   :  aktivitas ini meningkatkan tekanan intratoraks dan intraabdomen yang dapat meningkatkan TIK
(5)   Kolaborasi dengan dokter dalam pemberian O2
R   :  menurunkan hipoksemia yang mana dapat meningkatkan vasodilatasi dan volume darah serebral yang meningkatkan TIK
(6)   Kolaborasi dalam pemberian cairan IV
R   :  pembatasan cairan mungkin diperlukan untk menurunkan edema serebral, meminimalkan fluktuasi aliran vaskuler
1.2.3        Evaluasi
1)      Fungsi serebral meningkat, defisit neurologi dapat diperbaiki atau distabilkan.
2)      Komplikasi tidak terjadi.
3)      AKS dapat terpenuhi sendiri atau dibantu dengan orang lain.
4)      Keluarga memahami keadaan yang sebenarnya dan dapat terlihat dalam proses pemulihan.
5)      Proses/prognosis penyakit dan penanganan dapat dipahami dan mampu mengidentifikasi dan memanfaatkan sumber daya yang tersedia.
























DAFTAR PUSTAKA
Carpenito, Lynda Juall (1998), Diagnosa Keperawatan Edisi 6, EGC, Jakarta.

Doengos, Marilyn (1999), Rencana Asuhan Keperawatan Edisi III, EGC, Jakarta

Djoko Listiono, Dr (1998), Ilmu Bedah Saraf Satyanegara Edisi III, PT Gramedia Pustaka Utama, Jakarta

Junadi, Purnawan dkk (1982), Kapita Selekta Kedokteran Edisi II, Media Aesculapius Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, Jakarta

Nnuarika, Bagus dkk (1996), Kapita Selekta Neurologi Edisi II, Gajah Mada University Press, Yogyakarta






























ASUHAN KEPERAWATAN PADA KLIEN DENGAN KASUS CKR

130893
 
                                                                                                           
NO. MR :  
DATA IDENTITAS SOSIAL PASIEN
Nama Lengkap (Nama sendiri)
Sex
Umur /Tgl lahir
Tn. S


( Laki – Laki )
20 Tahun
Alamat Pasien (Menurut KTP/SIM)
No. KTP/SIM  : 3504026666660001
Jln/Dsn             : Dsn. Krajan
Kel/Desa          : Ds. Bono
Kec.                  : Boyolangu
Kodya/Kab.     :  Tulung agung

Agama
Suku
Bangsa
Kasus Polisi

Islam


Jawa

Indonesia

kecelakaan
Status Perkawinan
Jenis Pembayaran
Pendidikan
Pekerjaan

Belum kawin


ASKES

Kuliah

mahasiswa
Cara Datang
Transportasi ke IRD
Komunikasi

Diantar


-

Diantar mobil

kooperatif
Kejadian tgl : 28 Februari 2014                 Jam : 10 : 00  WIB                            Di Ds. Boyolangu

Datang di IRD tgl : 28 Februari 2014            Jam :  10 : 30  WIB

Keadaan Pra Hospitalisasi : GCS : 4 – 5 - 6 Tensi 130 / 80  mmHg,  Nadi :         87            x/mnt
Pernafasan  :         24          x/mnt, Suhu :        37        °C
Tindakan Pra Hospital :

RJP                           Infus                      Bebat                                 ETT                                     Penjahitan
Trakeostomi             NGT                          Bidai                             Pipa oro/naso
O2                         Obat                      Kateter                           Suetion                                Pharingial
Dll : Di lakukan skin traksi                    Urine

TRIAGE : Jam 10 : 30 WIB oleh perawat
Keluhan Utama
(Subyektif)
Pasien Mengatakan nyeri kepala, skala nyeri 4
S.ax  :        37          °C
S.rec :        37          °C
N:           87           x/mnt
T :      130 / 80      mmHg

P :           24             x/mnt
(Pediatri)
BB :          55           Kg

Riwayat Penyakit :
-          DM
-          PJK                    - Dll
-          Asma                 - Tidak ada           
Riwayat Alergi :       Ya         Tidak        Lain - lain
Kategori Triage :
P1                P2               P3                PO

Keadaan Umum ; (Obyektif) : Baik                            Sedang                                  Buruk


-           
Pernafasan : (B)
Gerak  dada
Simetris     Asunetris
Pernafasan : (B)
-          Normal
-          Retractive
-          Kusmaul
-          Dangkal
-          Trachypnoe
Sirkulasi : (C)
N.Carotis :    87     /mnt
N.Radial  :    87    /mnt
Kulit Muskulo :
-          Normal
-          Jaundice
-          Cyanosis
-          Pucat
-          Berkeringat
-          Akral Hangat
GCS :  4 – 5 – 6


R.Mata      : 4
R.Verval   : 5
R.Motorik : 6


Total       : 15

K / u : Lemah, Ansietas
Thorax : Cor :  Mur – Mur (-),Nafas vesikuler, Ronchi (-), Wheezing (-), s1s2 single regular.
Abd : Bu(+)N, Sonor
Extremitas : Akral hangat, Reflek patella +/+, Reflek pupil +/+

  5        5

  5        3

Fraktur femur 1/3 proximal

 
Pemeriksaan Fisik (Assasment)                                                                   Keterangan


 
Jam :
10 : 45 WIB
Pemeriksaan : Lab / Foto / ECG / Lain – lain
Foto Rongen
CT scan
DL


Diagnosa : Cidera Otak Ringan
Jam 10 : 30
Terapi / Tindakan / Konsul

Remopain 3x1 amp iv
Mesitropil 3x1 amp iv
Levan 3x1 amp iv
Ivfd RL 1000cc / 18 tpm
Jawaban / catatan


Jam keluar IRD :11 : 30
Tindakan Lanjut
KRS            MRS        PP        D       Operasi       Pindah ke bagian cempaka     Lain – lain ……….
Tanggal            : 28 Februari 2014

Nama Perawat : Muhammad Nur Kholis










Tanda Tangan




 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

ANALISA DATA

Nama Pasien               : Tn. S
Umur                           : 20 Tahun
No. Register                : 130893

KELOMPOK DATA


MASALAH

KEMUNGKINAN PENYEBAB
Ds : Pasien mengatakan nyeri pada kepala dengan skala 4
Do : - Px sering memegangi kepalanya
-       Terdapat luka lecet pada kepala
-       GCS : 4 – 5 – 6
-       Foto tengkorak tidak terdapat fraktur










Ds : Px mengatakan nyeri pada kepala dengan skala nyeri 4
Do : - Tampak jahitan pada dagu kurang lebih 4 cm
-   Luka jahitan bersih
-   Terdapat darah di daerah luka
Fraktur, luka robek
 
Benturan
 
Resiko infeksi
 
Nyeri kepala
 
Peningkatan TIK
 
Oedem Otak
 
Asam laktat
 
Benturan
 
Kerusakan sel otak
 
Aliran darah ke otak
 
Jumlah oksigen
 
Gangguan rasa nyaman nyeri

















Resiko infeksi

DAFTAR DIAGNOSA KEPERAWATAN


Nama Pasien   : Tn. S
Umur               : 20 Tahun
No. Register    : 130893

NO

TANGGAL MUNCUL

DIAGNOSA KEPERAWATAN
TANGGAL TERATASI
TTD
1














2






















28 Februari 2014














28 Februari 2014
Gangguan rasa nyaman (nyeri kepala) berhubungan dengan peningkatan TIK yang ditandai dengan pasien mengatakan nyeri kepala dengan skala 4, pasien sering memegangi kepalanya, terdapat luak lecet pada kepala, terdapat nyeri tekan pada daerah sekitar hematom, GCS : 4-5-6, Foto tengkorak tidak terdapat fraktur.

Resiko Infeksi berhubungan dengan kerusakan pertahanan primer sekunder terhadap terputusnya kontinuitas jaringan yang di tandai dengan pasien mengatakan neyeri pada kepala, terdapat jahitan pada dagu, jahitan tampak bersih, ada darah pada daerah sekitar luka
28 Februari 2014














28 Februari 2014




RENCANA ASUHAN KEPERAWATAN
Nama pasien                : Tn. S
Umur                           : 20 Tahun
No. Register                : 130893
NO
No Dx
TUJUAN
KRITERIA STANDART
RENCANA TINDAKAN
RASIONAL
TTD
1
1
Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 1 x 24 jam diharapkan :
-      Nyeri berkurang / hilang dengan skala nyeri 0
-      Pasien tampak lebih rileks


-            Nyeri berkurang / hilangdengan skala nyeri 0
-            Pasien tampak rileks
-            Keadaan umum pasien kembali baik
1.    BHSP


2.    Melakukan Hecting



3.    Observasi TTV Q 4 jam




4.    Ciptakan lingkungan yang nyaman


5.    Anjurkan pada pasien untuk bedrest

6.    Anjurkan pada pasien untuk tidak memakai bantal untuk tidur

7.    Bantu aktivitas Px


8.    Kolaborasi dengan dokter dalam pemberian obat :
Ampicilin    I gr IV
Remopain 3x1 amp iv
Mesitropil 3x1 amp iv
Levan 3x1 amp iv

1.    Bina hubungan saling percaya antara pasien dengan perawat
2.    Untuk menutup luka dan menyambung jaringan agar bisa berfungsi kembali
3.    Tanda-tanda vital menunjukkan keadaan pasien sehingga menentukan tindakan medis dan obat-obatan yang sesuai
4.    Memberikan efek kenyamanan, menurunkan reaksi fisiologis tubuh
5.    Meningkatkan istirahat untuk mempertahankan TIK
6.    Mencegah terjadinya aliran balik vena kejantung

7.    Mencegah aktivitas berlebih yang dapat meningkatkan TIK
8.    Untuk melaksanakan fungsi interdependen antara perawat dengan dokter




























2
2
Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 1 x 24 jam diharapkan :
-      Luka bersih
-      Tidak terdapat tanda-tanda infeksi
-      Luka bersih
-      Tidak terdapat tanda-tanda infeksi
-            Suhu tubuh dalam batas normal 36 – 37 OC
-            WBC dalam batas normal 4.1 – 10.9 k/µL
1.    BHSP


2.    Observasi keadaan luka

3.    Observasi suhu tubuh


4.    Bersihkan luka dengan tehnik aseptik

5.    Kolaborasi dengan laboratorium dalam pemeriksaan WBC
6.    Kolaborasi dengan dokter dalam pemberian :
Ampicilin    I gr IV
Remopain 3x1 amp iv
Mesitropil 3x1 amp iv
Levan 3x1 amp iv
1.   Bina hubungan saling percaya antara pasien dengan perawat.
2.   Mengetahui lebih dini jika terjadi infeki pada luka
3.   Peningkatan suhu tubuh mengindikasikan terjadinya infeksi
4.   Cara pertama untuk mencegah terjadinya infeksi pada luka
5.   Peningkatan WBC mengidentifikasi telah terjadi infeksi
6.   Untuk melaksanakan fungsi interdependen antara perawat dengan dokter




TINDAKAN KEPERAWATAN

Nama Pasien   : Tn. S
Umur               : 20 Tahun
No Reg            : 130893

NO


NO. DX
TANGGAL/
JAM

IMPLEMENTASI
TTD
1














1
28 Februari 2014
10 : 30

10 : 35
11 : 10
11 : 25
11 : 30
11: 35

11 : 45
12 : 00

-        Melakukan bina hubungan saling percaya antara pasien dengan perawat
-        Melakukan hecting
-        Observasi TTV tiap 4 jam
-        Ciptakan lingkungan yang nyaman
-        Anjurkan pada pasien untuk bedrest
-        Anjurkan pada pasien untuk tidak memakai bantal untuk tidur
-        Bantu aktivitas Px
-        Kolaborasi dengan dokter dalam pemberian obat :
 Remopain 3x1 amp iv
Mesitropil 3x1 amp iv
Levan 3x1 amp iv
Ampicilin    I gr IV

2
2
28 Februari 2014
10 : 30

10 : 35
10 : 55
11 : 00
11 : 30

12 : 00

-       Melaukan bina hubungan saling percaya antara pasien dengan perawat
-       Bersihkan luka dengan tehnik aseptic
-       Observasi keadaan luka
-       Observasi suhu tubuh
-       Kolaborasi dengan laboratorium dalam pemeriksaan WBC
-       Kolaborasi dengan dokter dalam pemberia:
Ampicilin    I gr IV
Remopain 3x1 amp iv
Mesitropil 3x1 amp iv
Levan 3x1 amp iv
































CATATAN PERKEMBANGAN
Nama Pasien   :  Tn. S
Umur               : 20 Tahun
No Reg            : 130893
NO
NO. DX
TANGGAL / JAM
EVALUASI
TTD
1
1
28 Februari 2014
14 : 00

S  : Pasien mengatakan nyeri pada kepala dengan skala nyeri 4
O :  -       K / u Cukup
-                 Terpasang skin traksi ( + ) dengan bebean 5kg
-                 Pasien hanya bad rest
-                 Terdapat luka lecet pada kepala
-                 Pasien sering memegangi kepala
-                 Foto tengkorak tidak terdapat fraktur
-                 GCS : 4 – 5 – 6
-                 Ttv : TD : 130 / 80 mmHg
S    : 37 O C
N   : 87 x / menit
RR : 24 x / menit
A : Masalah gangguan nyaman nyeri belum teratasi
P : Rencana keperawatan dilanjutkan : No 2 – 8

2
2
28 Februari 2014
S  : Pasien mengatakan nyeri pada kepala dengan skala  nyeri 4
O :  - K / u Cukup
-   Tampak jahitan pada dagu kurang lebih 4 cm
-   Luka jahitan bersih
-   Terdapat darah di daerah luka
-   Hematom ( + )
-   Ttv : TD : 130 / 80 mmHg
S    : 37OC
N    : 87 x / menit
RR  : 24 x / menit
A  : Masalah resiko infeksi teratasi sebagian
P  : Rencana keperawatan dilanjutkan : No 2 – 6


Tidak ada komentar:

Posting Komentar