LAPORAN PENDAHULUAN DAN ASUHAN KEPERAWATAN
PADA PASIEN
DENGAN KASUS “CVA (CerebroVasculerAccident)”
DI IGD RSUD dr. ISKAK TULUNGAGUNG
Disusun untuk memenuhi tugas individu pada mata kuliah
“kegawatdaruratan”
Dosen Pembimbing :
BAPAK KUKUH HERU SUBAGYO, SKEP, NERS.
Disususn Oleh :
FEBRIANI LYA RAHAYU
NIM : 02.12.012
PRODI
DIII KEPERAWATAN TINGKAT
II A
SEKOLAH
TINGGI ILMU KESEHATAN
(STIKes)
“HUTAMA ABDI HUSADA”
Jalan Dr. WahidinSudiroHusodo No.1, Telp/Fax :
0355-322738
TULUNGAGUNG 66224
BAB I
LAPORAN PENDAHULUAN PADA KLIEN DENGAN KASUS “CVA
INFARK”
DI IGD RSUD dr. ISKAK TULUNGAGUNG
1.1 Definisi
CVA
(Cerebro Vascular Accident) merupakan kelainan fungsi otak yang timbul mendadak
yang disebabkan karena terjadinya gangguan peredaran darah otak yang bisa
terjadi pada siapa saja dan kapan saja dengan gejala-gejala berlangsung selama
24 jam atau lebih yang menyebabkan cacat berupa kelumpuhan anggota gerak,
gangguan bicara, proses berpikir, daya ingat dan bentuk-bentuk kecacatan lain
hingga menyebabkan kematian (Muttaqin, 2008:234).
CVA
adalah sindrom klinis yang awal timbulnya mendadak, progresif, cepat berupa
deficit neurologis fokal atau global yang berlangsung 24 jam atau lebih
langsung menimbulkan kematian dan semat-mata disebabkan oleh gangguan
perdarahan otak non traumatic.(Kapita Selekta Kedokteran Jilid 2, Hal 17)
CVA
Infark adalah sindrom klinik yang awal timbulnya mendadak, progresif cepat,
berupa deficit neurologi local atau global yang berlangsung 24 jam terjadi
karena trombositosis dan emboli yang menyebabkan penyumbatan yang bisa terjadi
di sepanjang pembuluh darah arteri yang menuju ke otak. Darah ke otak di suplay
oleh dua arteri karotis interna dan dua arteri vertebralis. Arteri-arteri ini
merupakan cabang dari lengkung aorta jantung (arcus aorta) (Suzanne, 2002, Hal 2131)
CVA
Infark adalah gangguan disfungsi otak baik sinistra atau dextra dengan sifat
antara lain :
-
Permulaan
cepat dan akut atau sub akut
-
Terjadi
kurang lebih 2 minggu
-
CT-Scan
terdapat bayangan infark setelah 3 hari.
(Arief Mansjoer, dkk. 2000).
1.2 Etiologi
Ada
beberapa penyebab CVA Infark (Muttaqin, 2008: 235)
1.
Trombosis
serebri
Terjadi pada pembuluh
darah yang mengalami oklusi sehingga menyebabkan iskemi jaringan otak yang
dapat menimbulkan edema dan kongesti di sekitarnya. Trombosisi biasanya terjadi
pada orang tua yang sedang tidur atau bangun tidur. Terjadi karena
penurunanaktivitas simpatis dan penurunan tekanan darah. Thrombosis serebri ini
disebabkan karena adanya :
-
Aterosklerosis : mengerasnya / berkurangnya kelenturan
dan elastisitas dinding pembuluh darah.
-
Hiperkoagulasi : darah yang bertambah kental akan
menyebabkan viskositas / hematocrit meningkat sehingga dapat melambatkan aliran
darah cerebral
-
Arteritis
: radang pada arteri
2.
Emboli
Dapat terjadi karena
adanya penyumbatan pada pembuluh darah otak oleh bekuan darah, lemak, dan
udara. Biasanya emboli berasal dari thrombus di jantung yang terlepas dan
menyumbat sistem arteri serebri. Keadaan-keadaan yang dapat menimbulkan emboli
:
-
Penyakit
jantung reumatik
-
Infark
miokardium
-
Fibrilasi
dan keadaan aritmia : dapat membentuk gumpalan-gumpalan kecil yang dapat
menyebabkan emboli cerebri
-
Endocarditis
: menyebabkan gangguan pada endocardium
1.3 Kalsifikasi
Klasifikasi Stroke Non Haemoragik adalah
:
1.
Transient Ischemic Attack (TIA)
TIA adalah defisit
neurologik fokal akut yang timbul karena iskemia otak sepintas dan menghilang
lagi tanpa sisa dengan cepat dalam waktu tidak lebih dari 24 jam.
2.
Reversible Iscemic Neurological Deficit (RIND)
RIND adalah defisit
neurologik fokal akut yang timbul karena iskemia otak berlangsung lebih dari 24
jam dan menghilang tanpa sisa dalam waktu 1-3 minggu
3. Stroke
in Evolution (Progressing Stroke)
Stroke in evolution
adalah deficit neurologik fokal akut karena gangguan peredaran darah otak yang
berlangsung progresif dan mencapai maksimal dalam beberapa jam sampai beberapa
hari.
4. Stroke
in Resolution
Stroke in resolution
adalah deficit neurologik fokal akut karena gangguan peredaran darah otak yang
memperlihatkan perbaikan dan mencapai maksimal dalam beberapa jam sampai bbrapa
hari
5.
Completed Stroke (infark serebri)
Completed stroke adalah
defisit neurologi fokal akut karena oklusi atau gangguan peredaran darah otak
yang secara cepat menjadi stabil tanpa memburuk lagi.
Sedangkan secara patogenitas Stroke iskemik (Stroke
Non Hemoragik) dapat dibagi menjadi
a. Stroke trombotik, yaitu stroke iskemik yang
disebabkan oleh karena trombosis di arteri karotis interna secara langsung
masuk ke arteri serebri media. Permulaan gejala sering terjadi pada waktu
tidur,atau sedang istrirahat kemudian berkembang dengan cepat,lambat laun atau
secara bertahap sampai mencapai gejala maksimal dalam beberapa jam,
kadang-kadang dalam beberapa hari (2-3 hari), kesadaran biasanya tidak
terganggu dan ada kecendrungan untuk membaik dalam beberapa hari,minggu atau
bulan.
b. Stroke embolik, yaitu stroke iskemik yang
disebabkan oleh karena emboli yang pada umunya berasal dari jantung. Permulaan
gejala terlihat sangat mendadak berkembang sangat cepat, kesadaran biasanya
tidak terganggu, kemungkinan juga disertai emboli pada organ dan ada
kecendrungan untuk membaik dalam beberapa hari, minggu atau bulan.
1.4 Patofisiologis
Faktor pencetus
hipertensi, DM, Penyakit jantung,
Merokok,
stress,Gaya hidup yang tidak bagus,
Faktor obesitas dan kolesterol yang
tinggi dalam darah
Penimbunan lemak
/ kolesterol yang tinggi dalam darah
Lemak yang sudah nekrotik dan
berdegerasi
Menjadi kapur /
mengandung kolesterol dengan
infiltrasi limfosit (thrombus)
arterosklerosis Pembuluh
darah
menjadi kaku
Trombus cerebral Mengikuti aliran darah Pembuluh darah pecah
Stroke Non Hemoragik
Emboli StrokeHemoragik Kompresi
Jaringan otak
Herniasi
Proses
metabolisme dalam otak terganggu
Penurunan
suplai darah & O2 ke otak
Kerusakan pada Nervus
Penurunan fungsi motoric Kontrol
otot fasial lemah Proses menelan
anggota gerak musculoskeletal tidak
efektif
Kelemahan pada satu / ke Kehilangan fungsi tonus otot fasial Refluk
empat anggota gerak
Ketidakmampuan
berbicara Disfagia
Kerusakan
artikulasi
Tidak dapat berbicara
1.5 Tanda dan gejala
Menurut
Hudak dan Gallo dalam buku Keperawatan Kritis (1996: 258-260), yaitu :
1. Lobus
Frontal
a) Deficit Kognitif : kehilangan memori,
rentang perhatian singkat, peningkatan distraktibilitas (mudah buyar),
penilaian buruk, tidak mampu menghitung, memberi alasan atau berfikir abstrak.
b) Deficit Motorik : hemiparese, hemiplegia,
distria (kerusakan otot-otot bicara), disfagia (kerusakan otot-otot menelan).
c) Deficit Aktivias Mental dan Psikologi antara
lain : labilitas emosional, kehilangan kontrol diri dan hambatan sosial,
penurunan toleransi terhadap stress, ketakutan, permusuhan frustasi, marah,
kekacauan mental dan keputusasaan, menarik diri, isolasi, depresi.
2. Lobus
Parietal
Ø
Dominan
a) Deficit Sensori antara lain deficit visual
(jarak visual terpotong sebagian besar pada hemisfer serebri), hilangnya respon
terhadap sensasi superfisial (sentuhan, nyeri, tekanan, panas, dan dingin),
hilangnya respon terhadap proprioresepsi (pengetahuan tentang posisi bagian
tubuh).
b) Deficit Bahasa / Komunikasi
-
Afasia
ekspresif (kesulitan dalam mengubah suara menjadi pola-pola bicara yang dapat
di pahami)
-
Afasia
reseptif (kerusakan kelengkapan kata yang di ucapkan)
-
Afasia
global (tidak mampu berkomunikasi pada setiap tingkat)
-
Aleksia
(ketidakmampuan untuk mengerti kata yang dituliskan)
-
Agrafasia
(ketidakmampuan untuk mengekspresikan ide-ide dalam tulisan)
Ø
Non
Dominan
a) Deficit Perseptual (gangguan dalam merasakan
dengan tepat dan mengintepretasi diri / lingkungan) antara lain :
-
Gangguan
skem / maksud tubuh (amnesia atau menyangkal terhadap ekstremitas yang
mengalami paralise)
-
Disorientasi
(waktu, tempat, dan orang)
-
Apraksia
(kehilangan kemampuan untuk menggunakan obyek-obyek dengan tepat)
-
Agnosia
(kedidakmampuan untuk mengidentifikasi lingkungan melalui indra)
-
Kelainan
dalam menemukan letak obyek dalam ruangan
-
Kerusakan
memori untuk mengingat letak spasial obyek atau tempat
-
Disorientasi
kanan-kiri
3. Lobus Occipital : Defisit Lapang Penglihatan
penurunan ketajaman penglihatan, diplobia (penglihatan ganda), buta.
4. Lobus
Temporal : Defisit Pendengaran, gangguan keseimbangan tubuh.
1.6 Komplikasi
Ada
beberapa komplikasi CVA Infark (Muttaqin, 2008 :253) :
1.
Dalam
hal imobilisasi :
a.
Infeksi
pernafasan (Pneumoni
b.
Nyeri
tekan pada decubitus
c.
Konstipasi
2.
Dalam
hal paralisis :
a.
Nyeri
pada punggung
b.
Dislokasi
sendi, deformitas
3.
Dalam
hal kerusakan otak
a.
Epilepsy
b.
Sakit
kepala
4.
Hipoksia
serebral
5.
Herniasi
otak
6.
Kontraktur
1.7 Faktor
Resiko Terjadinya Stroke
Ada
beberapa faktor resiko CVA Infark / Non Hemoragik (Smeltzer, 2002) :
1.
Hipertensi,
merupakan factor resiko utama. Pengendalian hipertensi adalah kunci utama
mencegah stroke. Hipertensi merupakan faktor risiko stroke yang potensial.
Hipertensi dapat mengakibatkan pecahnya maupun menyempitnya pembuluh darah
otak. Apabila pembuluh darah otak pecah maka timbullah perdarahan otak dan
apabila pembuluh darah otak menyempit maka aliran darah ke otak akan terganggu
dan sel – sel otak akan mengalami kematian.
2.
Penyakit
kardiovaskuler-embolisme serebri berasal dari jantung : penyakit arteri
koronaria, gagal jantung kongestif, hipertrofi ventrikel kiri, abnormalitas
irama (khususnya fibrilasi atrium), penyakit jantung kongestif. Berbagai
penyakit jantung berpotensi untuk menimbulkan stroke. Faktor risiko ini akan
menimbulkan hambatan/sumbatan aliran darah ke otak karena jantung melepas
gumpalan darah atau sel – sel/jaringan yang telah mati ke dalam aliran darah.
Kerusakan kerja jantung akan menurunkan kardiak output dan menurunkan aliran
darah ke otak. Ddisamping itu dapat terjadi proses embolisasi yang bersumber
pada kelainan jantung dan pembuluh darah
3.
Kolesterol
tinggi, meningginya angka kolesterol dalam darah, terutama low density
lipoprotein (LDL), merupakan faktor risiko penting untuk terjadinya
arteriosklerosis (menebalnya dinding pembuluh darah yang kemudian diikuti
penurunan elastisitas pembuluh darah). Peningkatan kad ar LDL dan penurunan
kadar HDL (High Density Lipoprotein) merupakan faktor risiko untuk terjadinya
penyakit jantung koroner.
4.
Infeksi,
peradangan juga dapat menyebabkan menyempitnya pembuluh darah, terutama yang
menuju otak. Yang mampu berperan sebagai faktor risiko stroke adalah
tuberkulosis, malaria, lues, leptospirosis, dan in feksi cacing.
5.
Obesitas,
merupakan faktor risiko terjadinya penyakit jantung. Pada obesitas dapat
terjadi hipertensi dan peningkatan kadar kolesterol sehingga dapat
mengakibatkan gangguan pada pembuluh darah, salah satunya pembuluh drah otak.
6.
Peningkatan
hematocrit
7.
Diabetes
Melitus, terjadinya peningkatan viskositas darah sehingga memperlambat aliran
darah. Diabetes Mellitus mampu menebalkan dinding pembuluh darah otak yang
berukuran besar. Menebalnya dinding pembuluh darah otak akan menyempitkan
diameter pembuluh darah tadi dan penyempitan tersebut kemudian akan mengganggu
kelancaran aliran ke otak, yang pada akhirnya akan menyebabkan infark sel – sel
otak.
8.
Kontrasepsi
oral (khusunya dengan disertai hipertensi, merokok, dan estrogen tinggi)
9.
Merokok,
merupakan faktor risiko utama untuk terjadinya infark jantung. Pada perokok akan
timbul plaque pada pembuluh darah oleh nikotin sehingga terjadi aterosklerosis.
10.
Usia,
merupakan foktor resiko independen terjadinya strok, dimana refleks sirkulasi
sudah tidak baik lagi.
11.
Penyalahgunaan
obat (kokain)
12.
Konsumsi
alkohol
13.
Faktor
keturunan / genetic.
1.8 Pemeriksaan Penunjang
Pemeriksaan
penunjang pada pasien CVA Infark :
1.
Laboratorium
:
a.
Pada
pemeriksaan paket stroke : viskositas darah pada pasien CVA ada peningkatan VD
>5,1 cp, Test Agresi Trombosit (TAT), Asam Arachidonic (AA), Platelet Activating
Factor (PAF), fibrinogen (Muttaqin, 2008: 249-252).
b.
Analisis
laboratorium standart mencangkup urinalisis, HDL pasien CVA Infark mengalami
penurunan HDL dibawah nilai normal 60 mg/dl, Laju Endap Darah (LED) pada pasien
CVA bertujuan mengukur kecepatan sel darah merah mengendap dalam tabung darah
LED yang tinggi menunjukkan adanya radang. Namun LED tidak menunjukkan apakah
itu radang jangka lama, misalnya artritis, panel metabolic dasar
(Natrium(135-145 nMol/L), Kalium(3,6-5,0 mMol/l), klorida). (Prince, dkk,
2005:1122)
c.
Pungsi
lumbal
Pemeriksaan liquor yang merah biasanya
dijumpai pada perdarahan yang kecil biasanya warna liquor masih normal sewaktu
hari-hari pertama.
2.
Pemeriksaan
sinar X toraks : dapat mendeteksi pembesaran jantung (kardiomegali) dan
infiltrate paru yang berkaitan dengan gagal jantung kongestif. (Prince, dkk,
2005:1122)
3.
Ultrasonografi
(USG) karotis : evaluasi standart untuk mendeteksi gangguan aliran darah
karotis dan kemungkinan memperbaiki kausa stroke. (Prince, dkk, 2005:1122)
4.
Angiografi
serebrum : membantu menentukan penyebab stroke secara spesifik seperti lesi
ulseratif, stenosis, displosia fibraomuskular, fistula arteriovena, vaskulitis,
dan pembentukan thrombus di pembuluh besar. (Prince, dkk, 2005:1122)
5.
Pemindaian
dengan Positron Emission Tomography (PET) : mengidentifikasi seberapa besar
suatu daerah otak menerima dan memetabolisme glukosa serta luas cedera.
(Prince, dkk, 2005:1122)
6.
Ekokardiogram
transesofagus (TEE) : mendeteksi sumber kardioembolus potensial. (Prince, dkk,
2005:1123)
7.
CT-Scan
: pemindaian ini memperlihatkan secara spesifik letak edema, posisi hematoma,
adanya jaringan otak yang infark atau iskemia dan posisinya secara pasti. Hasil
pemeriksaan biasanya didapatkan hiperdens fokal, kadang pemadatan terlihat di
ventrikel atau menyebar ke permukaan otak. (Muttaqin, 2008:140)
8.
MRI
: menggunakan gelombang magnetic untuk memeriksa posisi dan besar / luasnya
daerah infark. (Muttaqin, 2008:140)
1.9 Penatalaksanaan
Untuk
mendukung pemulihan dan kesembuhan pada klien yang mengalami stroke infark maka
penatalaksanaan pada klien stroke infark terdiri dari penatalaksanan
medis/farmakologi, penatalaksanan keperawatan dan penatalaksanaan diet.
1.
Penatalaksanaan medis (Arif Mansjoer, 2000)
a.
Membatasi
atau memulihkan infark akut yang sedang berlangsung dengan menggunakan
trombolisis dengan rt-PA (recombinant
tissue – Plasminogen Activator).
b.
Mencegah
perburukan neurologis :
1.
Edema
yang progresif dan pembengkakan akibat infark yaitu terapi dengan manitol.
2.
Ekstensi
teritori infark yaitu dengan pemberian heparin.
3.
Konversi
hemorargik yaitu jangan memberikan anti koagulan
c.
Mencegah
stroke berulang dini yaitu dengan heparin.
2.
Penatalaksanaan Keperawatan
Penatalaksanaan keperawatan
pada klien dengan stroke infark bertujuan untuk mencegah keadaan yang lebih
buruk dan komplikasi yang dapat ditimbulkan. Untuk itu dalam merawat pasien
stroke perlu diperhatikan faktor-faktor kritis seperti mengkaji status
pernafasan, mengobservasi tanda-tanda vital, memantau fungsi usus dan kandung
kemih, melakukan kateterisasi kandung kemih, dan mempertahankan tirah baring.
3.
Penatalaksanaan Diet
Penatalaksanaan nutrisi
yang dianjurkan pada klien dengan stroke infark yaitu dengan memberikan makanan
cair agar tidak terjadi aspirasi dan cairan hendaknya dibatasi dari hari
pertama setelah cedera serebrovaskuler (CVA) sebagai upaya untuk mencegah edema
otak, serta memberikan diet rendah garam dan hindari makanan tinggi lemak dan
kolesterol.
1.10 Diagnosa Keperawatan yang Mungkin Muncul
1.
Kerusakan
mobilitas fisik berhubungan dengan hemiparese/hemiplegia, kerusakan
neuromuscular pada ekstremitas yang ditandai dengan ketidakmampuan bergerak,
keterbatasan rentang gerak, penurunan kekuatan/kontrol otot.
2.
Resiko
nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan disfagia sekunder akibat
cedera serebrovaskuler.
3.
Gangguan persepsi sensori yang berhubungan dengan
penekanan pada saraf sensori yang ditandai dengan disorientasi terhadap waktu,
tempat, dan orang, perubahan dalam respon terhadap rangsangan.
4.
Ganguan
komunikasi verbal berhubungan dengan efek dari kerusakan pada area bicara di
hemisfer otak yang ditandai dengan kerusakan artikulasi, tidak dapat berbicara,
tidak mampu memahami bahasa tertulis/ucapan.
1.11 Intervensi
Diagnosa
1 : Kerusakan mobilitas fisik berhubungan dengan hemiparese/hemiplegia,
kerusakan neuromuscular pada ekstremitas yang ditandai dengan ketidakmampuan
bergerak, keterbatasan rentang gerak, penurunan kekuatan/kontrol otot.
·
Tujuan
: klien mampu meningkatkan aktivitas fisik yang sakit atau lemah, dengan
kriteria hasil :
1)
Ekstremitas
tidak tampak lemah
2)
Ekstremitas
yang lemah dapat diangkat dan digerakkan secara mandiri
3)
Ekstremitas
yang lemah dapat menahan posisi tubuh saat miring kanan atau kiri.
·
Intervensi
1.
Jelaskan
pada pasien dan keluarga pasien akibat terjadinya imobilitas fisik
Rasional
: imobilitas fisik akan menyebabkan otot-otot menjadi kaku sehingga penting
diberikan latihan gerak.
2.
Ubah
posisi pasien setiap 2 jam
Rasional
: menurunkan resiko terjadinya iskemia jaringan akibat sirkulasi darah yang
jelek pada daerah yang tertekan.
3.
Ajarkan
pasien untuk melakukan latihan gerak aktif pada ekstremitas yang sakit
Rasional
: gerakan aktif memberikan dan memperbaiki masa, tonus dan kekuatan otot serta
memperbaiki fungsi jantung da pernafasan.
4.
Anjurkan
pasien melakukan gerak pasif pada ekstremitas yang tidak sakit
Rasional
: mencegah otot volunter kehilangan tonus dan kekuatannya bila tidak dilatih
untuk di gerakkan.
5.
Kolaborasi
dengan ahli fisioterapi untuk latihan fisik klien
Rasional
: peningkatan kemampuan dalam mobilisasi ekstremitas dapat ditingkatkan dengan
latihan fisik dari tim fisioterapi.
6.
Observasi
kemampuan mobilitas klien
Rasioanal
: untuk mengetahui sejauh mana kemampuan gerak pasien setelah dilakukan latihan
dan untuk menentukan intervensi selanjutnya.
Diagnosa
2 : Resiko nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan disfagia
sekunder akibat cedera serebrovaskuler.
·
Tujuan
: klien tetap menunjukkan pemenuhan nutrisi selama dilakukan tindakan
keperawatan
·
Kriteria
hasil : tidak terjadi penurunan berat badan, Hb dan albumin dalam batas normal
Hb: 13,4 – 17,6 dan albumin: 3,2 – 5,5 g/dl.
·
Intervensi
:
1.
Jelaskan
pentingnya nutrisi bagi klien pada klien dan juga keluarganya
Rasional
: nutrisi yang adekuat membantu meningkatkan kekuatan otot
2.
Kaji
kemampuan klien dalam mengunyah dan menelan
Rasional : untuk menetapkan jenis
makanan yang akan diberikan kepada klien
3.
Letakkan
kepala lebih tinggi pada waktu selama dan sesudah makan
Rasional : memudahkan klien untuk
menelan.
4.
Stimulasi
bibir untuk menutup dan membuka mulut secara manual dengan menekan ringan di
atas bibir / bawah dagu jika dibutuhkan
Rasional : membantu dalam melatih
kembali sensor dan meningkatkan kontrol muskuler
5.
Kolaborasi
dalam pemberian cairan parenteral atau memberi makanan melalui NGT
Rasional
: membantu memberi cairan dan makanan pengganti jika klien tidak mampu
memasukkan secara peroral.
6.
Observasi
keadaan, keluhan dan asupan nutrisi
Rasional
: mengetahui keberhasilan tindakan dan untuk menentukan intervensi selanjutnya.
Diagnosa 3 : Gangguan persepsi sensori yang berhubungan dengan
penekanan pada saraf sensori yang ditandai dengan disorientasi terhadap waktu,
tempat, dan orang, perubahan dalam respon terhadap rangsangan.
·
Tujuan
: meningkatnya persepsi sensorik secara optimal setelah dilakukan tindakan
keperawatan dengan kriteria hasil :
1)
Adanya
perubahan kemampuan yang nyata
2)
Tidak
terjadi disorientasi waktu, tempat dan orang.
·
Intervensi
:
1.
Tentukan
kondisi patologis klien
Rasional : untuk mengetahui tipe dan lokasi yang
mengalami gangguan.
2.
Kaji
gangguan penglihatan terhadap perubahan persepsi
Rasional : untu mempelajari kendala yang
berhubungan dengan disorientasi klien.
3.
Latih
klien untuk melihat suatu obyek telaten dan seksama
Rasional : klien tidak kebingungan dan
lebih konsentrasi.
4.
Observasi
respon perilaku klien seperti menanggis, bahagia, bermusuhan, halusinasi setiap
saat
Rasional : untuk mengetahui keadaan
emosi klien.
Diagnosa
4 : Ganguan komunikasi verbal berhubungan dengan efek dari kerusakan pada area
bicara di hemisfer otak yang ditandai dengan kerusakan artikulasi, tidak dapat
berbicara, tidak mampu memahami bahasa tertulis/ucapan.
· Tujuan : proses komunikasi klien dapat
berfungsi secara optimal dengan kriteria hasil :
1) Terciptanya suatu komunikasi dimana
kebutuhan klien dapat terpenuhi
2) Klien mampu merespon setiap
berkomunikasi secara verbal maupun isyarat.
·
Intervensi
:
1.
Berikan
metode alternative komunikasi misalnya bahasa isyarat
Rasional :
memenuhi kebutuhan komunikasi sesuai kebutuhan klien.
2.
Antisipasi
setiap kebutuhan klien saat berkomunikasi
Rasional :
mencegah rasa putus asa dan ketergantungan pada orang lain.
3.
Bicaralah
dengan klien secara pelan dan gunakan pertanyaan yang jawabannya “ya” dan
“tidak”
Rasional : mengurangi
kecemasan dan kebingungan pada saat berkomunikasi.
4.
Anjurkan
pada keluarga untuk tetap berkomunikasi dengan klien
Rasional :
mengurangi rasa isolasi sosial dan meningkatkan komunikasi yang efektif.
5.
Hargai
kemampuan klien dalam berkomunikasi
Rasional :
memberi semangat pada klien agar lebih sering malakukan komunikasi.
6.
Kolaborasi
dengan fisioterapis untuk latihan bicara
Rasional :
melatih klien berbicara secara mandiri dengan baik dan benar.
BAB
II
ASUHAN
KEPERAWATAN PADA PASIEN DENGAN “CVA INFARK”
|
NO. MR :
DATA IDENTITAS SOSIAL PASIEN
Nama Lengkap (Nama sendiri)
|
Sex
|
Umur
/Tgl lahir
|
||
Tn. T
|
|
LAKI-LAKI
|
45 TAHUN /
11 FEBRUARI 1969
|
|
Alamat
Pasien (Menurut KTP/SIM)
|
||||
No. KTP/SIM : 350404510245006
Jln/Dsn : MOJOAGUNG
Kel/Desa : MOJOAGUNG
Kec. : NGANTRU
Kodya/Kab. : TULUNGAGUNG
|
||||
Agama
|
Suku
|
Bangsa
|
Kasus
Polisi
|
|
ISLAM
|
JAWA
|
INDONESIA
|
-
|
|
Status
Perkawinan
|
Jenis
Pembayaran
|
Pendidikan
|
Pekerjaan
|
|
SUDAH
MENIKAH
|
BPJS
|
SMP
|
WIRASWASTA
|
|
Cara
Datang
|
Transportasi
ke IRD
|
Komunikasi
|
||
RUJUKAN DARI PUKESMAS NGANTRU
|
|
AMBULANCE DARI PUKESMAS
|
|
|
Kejadian tgl : 25 FEBRUARI 2014 Jam :
17.00 WIB Di RUMAH
|
||||
Datang di IRD tgl : 26 FEBRUARI
2014 Jam : 20.00 WIB
|
||||
Keadaan Pra Hospitalisasi : GCS :
4-4-5 Tensi : 160/70 mmHg,
Nadi : 97 x/mnt
Pernafasan : 20
x/mnt, Suhu 37,5 °C
Tindakan Pra Hospital :
RJP Infus R Bebat ETT Penjahitan
Trakeostomi NGT Bidai Pipa oro/naso
O2
R Obat Kateter Suetion Pharingial
Dll…………….
Urine
|
||||
TRIAGE : Jam 20.30 WIB oleh perawat
Keluhan Utama
(Subyektif)
Px mengatakan badannya lemas dan
sulit menelan serta tangan kirinya sulit digerakkan
Keluarga px juga mengatakan bahwa
ucapan px pilo
|
S.ax : 37,5 °C
S.rec : …………… °C
|
N : 97 x/mnt
T : 160/70 mmHg
|
||
P : 23 x/mnt
|
(Pediatri)
BB : 60 Kg
|
|||
Riwayat Penyakit :
-
DM
-
PJK - Dll
-
Asma - Tidak ada R
|
||||
Riwayat Alergi : Ya
Tidak R Lain - lain
|
Kategori Triage :
P1 P2R
P3 PO
|
|||
Keadaan Umum ; (Obyektif) :
Baik Sedang R Buruk
|
||||
-
|
Pernafasan : (B)
Gerak dada
Simetris R Asimetris
Pernafasan : (B)
-
Normal R
-
Retractive
-
Kusmaul
-
Dangkal
-
Trachypnoe
|
Sirkulasi : (C)
N.Carotis : 87 x/mnt
N.Radial : 97
x/mnt
Kulit Muskulo :
-
Normal
-
Jaundice
-
Cyanosis
-
Pucat R
-
Berkeringat
-
Akral hangat
|
GCS : 4-4-5
R.Mata : 4
R.Verbal : 4
R.Motorik : 5
Total : 13
|
|
Pemeriksaan Fisik (Assasment)
Keterangan
|
|||||
Jam : 20.55 WIB
|
Pemeriksaan : Lab / Foto / ECG /
Lain – lain
-
Foto Rotgen
-
CT-Scan
-
DL
|
||||
Diagnosa : CVA (Cerebro Vascular
Akut)
|
|||||
Jam
21.15
WIB
|
Terapi /
Tindakan / Konsul
Infus RL
Citicholin 250 mg
|
Jawaban
/ catatan
|
|||
Jam keluar IRD : 22.00 WIB
|
|||||
Tindakan Lanjut
KRS MRS R PP D Operasi
Pindah ke bagian : rawat inap cempaka
|
|||||
Tanggal : 26 februari 2014
Nama Perawat : febriani lya
|
Tanda
Tangan
Ttd
|
||||
2.2 ANALISA
DATA
Nama pasien : Tn. T
Umur : 45 tahun
No. Reg : 661102
KELOMPOK DATA
|
KEMUNGKINAN PENYEBAB
|
MASALAH
|
DS:
px mengatakan tangan kirinya sulit digerakkan
DO:
-
K/U lemah
-
GCS 4-4-5
-
Skala otot
3 4
3 4
-
ADL di bantu kelurga
-
Terpasang O2 3 lpm
-
Terpasang infus RL 14 tetes/menit
-
TTV : TD 160/70 mmhg
Nadi : 97 x/menit
Suhu : 37,5 °C
RR : 23 x/menit
|
faktor
pencetus
(DM,
Hipertensi)
Penimbunan lemak
Penyumbatan pembuluh darah
Metabolisme terganggu
Kerusakan pada nervus
Penurunan
fungsi motoric anggota gerak
Kerusakan
mobilitas fisik
|
Kerusakan
mobilitas fisik pada daerah yang mengalami kerusakan
|
DO:
keluarga px juga mengatakan berbicara px pilo
DS:
-
Bicara sulit
-
Kata-katanya tidak jelas
-
TTV :
TD 160/70 mmhg
Nadi : 97 x/menit
Suhu : 37,5 °C
RR : 23 x/menit
|
faktor
pencetus
(DM,
Hipertensi)
Penimbunan lemak
Arterosklerosis
Penyumbatan pembuluh darah
Penurunan fungsi otot fasial melemah
Ketidakmampuan berbicara
Kerusakan
Komunikasi Verbal
|
Kerusakan
Komunikasi Verbal
|
2.2 DAFTAR DIAGNOSA KEPERAWATAN
Nama pasien : Tn. T
Umur : 45 tahun
No. Reg : 661102
No.
|
TANGGAL MUNCUL
|
DIAGNOSE KEPERAWATAN
|
TANGGAL TERATASI
|
TTD
|
1
|
26
februari 2014
|
Kerusakan mobilitas fisik
berhubungan dengan hemiparese/hemiplegia, kerusakan neuromuscular pada
ekstremitas yang ditandai dengan :
DS: px mengatakan tangan
kirinya sulit digerakkan
DO:
-
K/U lemah
-
GCS 4-4-5
-
Skala otot
3
4
3
4
-
ADL di bantu
kelurga
-
Terpasang O2
3 lpm
-
Terpasang
infus RL 14 tetes/menit
-
TTV : TD
160/70 mmhg
Nadi : 97 x/menit
Suhu : 37,5 °C
RR : 23
x/menit
|
|
|
2
|
26
februari 2014
|
Ganguan
komunikasi verbal berhubungan dengan efek dari kerusakan pada area bicara di hemisfer
otak yang ditandai dengan :
DO: keluarga px juga mengatakan
berbicara px pilo
DS:
-
Bicara sulit
-
Kata-katanya
tidak jelas
-
TTV :
TD
160/70 mmhg
Nadi
: 97 x/menit
Suhu
: 37,5 °C
RR : 23 x/menit
|
|
|
2.4 RENCANA ASUHAN KEPERAWATAN
Nama pasien : Tn. T
Umur : 45 tahun
No. Reg : 661102
No
|
Diagnose keperawatan
|
Tujuan
|
Kriteria hasil
|
Rencana tindakan
|
Rasional
|
Ttd
|
1
|
Kerusakan mobilitas fisik
berhubungan dengan hemiparese/hemiplegia, kerusakan neuromuscular pada
ekstremitas yang ditandai dengan :
DS: px mengatakan tangan
kirinya sulit digerakkan
DO:
-
K/U lemah
-
GCS 4-4-5
-
Skala otot
3
4
3
4
-
ADL di bantu
kelurga
-
Terpasang O2
3 lpm
-
Terpasang
infus RL 14 tetes/menit
-
TTV : TD
160/70 mmhg
Nadi : 97 x/menit
Suhu : 37,5 °C
RR : 23
x/menit
|
Jangka
pendek:
Setelah
dilakukan tindakan selama 1x24 jam diharapkan kelemahan pada ekstremitas
dapat teratasi sebagian
|
-
k/u baik
-
GCS 4-5-6
-
Ekstremitas
tidak tampak lemah
-
Ekstremitas
dpt diangkat, digerakkan mandiri
-
Kekuatan otot
5 5
5 5
-
TTV dalam
batas normal
|
1. BHSP
2. Observasi TTV
3. Ubah posisi px tiap 2 jam sekali
4. Ajarkan latihan pasif dan aktif
5. Kolaborasi dengan ahli fisioterapi
6. Kolaborasi dengan ahli medis lain
|
1. Menciptakan hubungan yang terapeutik dengan px
2. Mengetahui status perkembangan px
3. Menurunkan resiko trjadinya iskemia jaringan
akibat sirkulasi darah yang jelek pada daerah yang tertekan
4. Memperbaiki otot & melatih otot serta mencegah
otot volunteer kehilangan tonus
5. Meningkatkan kemampuan mobilitas
6. Mempercepat proses penyembuhan px
|
|
No
|
Diagnose keperawatan
|
Tujuan
|
Kriteria Standart
|
Rencana tindakan
|
Rasional
|
Ttd
|
2
|
Ganguan
komunikasi verbal berhubungan dengan efek dari kerusakan pada area bicara di
hemisfer otak yang ditandai dengan :
DO: keluarga px juga mengatakan
berbicara px pilo
DS:
-
Bicara sulit
-
Kata-katanya
tidak jelas
-
TTV :
TD 160/70 mmhg
Nadi : 97 x/menit
Suhu : 37,5 °C
RR : 23
x/menit
|
Jangka
pendek:
Setelah
dilakukan tindakan selama 1x24 jam diharapkan mampu berbicara meski belum
jelas betul
|
-
k/u baik
-
px dapat
mengekspresikan perasaannya
-
px mampu
berkomunikasi secara verbal maupun isyarat
|
1. BHSP
2. Observasi TTV
3. Berikan metode alternative komunikasi misalnya
bahasa isyarat
4. Antisipasi setiap kebutuhan px saat berkomunikasi
5. Anjurkan pada keluarga untuk tetap berkomunikasi
dengan px
6. Hargai kemampuan px dalam berkomunikasi
7. Kolaborasi dengan tim fisioterapi untu latihan
bicara
|
1.
Tercipta
hubungan yang terapeutik dengan px dan keluarga px
2.
Mengetahui
perkembangan px
3.
Memenuhi
kebutuhan komunikasi px sesuai kebutuhan px
4.
Mencegah
rasa putus asa & ketergantungan pada orang lain
5.
Mengurangi
rasa isolasi sosial & meningkatkan komunikasi yang efektif
6.
Memberi
semangat pada px agar lebih sering berbicara
7.
Melatih px
berbicara secara mandiri dengan baik dan benar
|
|
2.5 TINDAKAN KEPERAWATAN
Nama pasien : Tn. T Umur: 45 tahun No. Reg : 661102
Kasus:CVA Infark
No
|
No. Dx
|
Tgl /jam
|
Implementasi
|
Ttd
|
Tgl/
jam
|
Evaluasi
|
Ttd
|
1
|
1
|
26-02-2014
20.30
20.45
21.00
21.15
21.35
|
BHSP
Observasi
TTV:
TD
150/80 mmhg
Nadi
98 x/menit
Suhu
37°C
RR
23 x/menit
Memberi
tahu keluarga px untuk mengubah posisi px tiap 2 jam
Menginjeksi
citicholin 250 mg
Mengajarkan
latihan gerak aktif & pasif
|
|
26-02-2014
22.00
|
S
: keluarga px mengatakan tangan kirinya masih lemas
O
:
-
k/u lemah
-
ADL dibantu
oleh keluarga dan perawat
-
Makan
dibantu keluarga
A
: kerusakan mobilitas fisik
P
:
-
Intervensi
dilanjutkan nomer 2-6
-
Masalah
belum teratasi
|
|
2
|
2
|
26-02-2014
20.40
20.45
20.55
21.00
21.20
|
Menanyakan
keluhan px bicara pilo
Observasi
TTV :
TD
150/80 mmhg
Nadi
98 x/menit
Suhu
37°C
RR
23 x/menit
Memberikan
metode alternative komunikasi misalnya bahasa isyarat
Memberitahu
pada keluarga untuk tetap berkomunikasi dengan px
Memberi
semangat pada px untuk berkomunikasi dengan mengatakan perasaan &
keinginannya.
|
|
26-02-2014
22.00
|
S : keluarga
px mengatakan bicara px masih pilo
O :
-
k/u lemah
-
bicara
disatria
-
bicaranya
belum jelas
-
px sulit
mengutarakan perasaannya
A :
kerusakan komunikasi verbal
P :
-
intervensi
dilanjutkan nomer 2-7
-
masalah
teratasi sebagian
|
|
DAFTAR PUSTAKA
Doengoes, Marlyn,E. Rencana Asuhan Keperawatan pedoman untuk Perencanaan dan
Pendokumentasian perawatan. Edisi 3.jakarata.EGC:2000
Mansjoer, Arief. Kapita
Selekta Kedokteran Jilid 2.Jakarta. EGC: 1999
Tabrani Rab. Agenda Gawat Darurat jilid 2. Bandung.
Penerbit Alumni: 1998
Carpenito, Lynda Juall. (1999) Diagnosa Keperawatan. (2000) alih bahasa Monica Ester. Jakarta :
EGC.
Hudak, C.M. Gallo, B.M. (1996). Keperawatan Kritis.
Pendekatan Holistic Edisi VI Volume II. EGC : Jakarta
Muttaqin, Arif (2008). Asuhan Keperawatan Klien
dengan Gangguan Sistem Persyarafan. Salemba Medika : Jakarta
Prince, Sylvia A. (2002). Patofisiologi Konsep
Klinis Proses-Proses Penyakit. Alih bahasa Huriawati, Hartanto. (2005). Jakarta
: EGC
Smeltzer, Suzanne. (1996). Keperawatan Medikal
Bedah. (2002) alih bahasa Monica Ester. Jakarta : EGC.
Best slots for Canadian players - BCSJON
BalasHapusWhat are 해외바카라 the best slots for 바카라몬 Canadian 마이크로 바카라 조작 players? · 10. 바카라 사이트 casinopan The Wolf Gold Megaways · 9. The 바카라 사이트 쿠폰 Rainbow Riches · 8. The Magic Hat