Kamis, 13 Maret 2014

LP dan SP perilaku kekerasan



LAPORAN  PENDAHULUAN

I.            KASUS ( MASALAH  UTAMA ) :
           Perilaku Kekerasan
II.          PROSES  TERJADINYA  MASALAH
1.       Pengertian.
        Perilaku kekerasaan  adalah suatu keadaan dimana individu mengalami perilaku yang dapat meambahayakan secara fisik baik pada diri sendiri maupun orang lain ( Townsend, 1998 )
        Marah merupakan perasan jengkel yang timbul sebagai respons terhadap kecemasan / kebutuhan yang tidak terpenuhi yang dirasakan sebagai ancaman  ( Stuart dan Sundeen, 1995 )
        Kegagalan yang  menimbulkan frustrasi dapat menimbulkan respons pasif dan melarikan diri atau respons melawan dan  menantang. Respons ini merupakan respons maladaptif yaitu :

1)       Agresif  :
ù   Memperlihatkan permusuhan, keras dan menuntut, mendekati orang lain dengan ancaman, memberi kata-kata ancaman tanpa niat melukai
ù   Umumnya klien masih dapat mengontrol perilaku untuk tidak melukai orang lain
2)       Kekerasan :
ù   Sering juga disebut gaduh – gelisah atau amuk
ù   Perilaku kekerasan ditandai daengan menyentuh orang lain secara menakutkan, memberi kata-kata ancaman melukai disertai melukai pada tingkat ringan, dan yang paling berat  adalah melukai / merusak seacara serius.
ù   Klien tidak mampu mengendalikan diri











2.       Rentang  Respon

                                          RENTANG  RESPONS  MARAH

Respons                                                                                                                                                 Respons
Adaptif                                                                                                                                              Maladaptif



 


   Asertif                      Frustrasi                                   Pasif                            Agresif                  Kekerasan      

3.       Penyebab
        1).     Faktor Predisposisi
a.Psikologis
ù  Masa kanak-kanak yang tidak menyenangkan yaitu perasaan ditolak, dihina, dianiaya, atau saksi penganiayaan
ù  Kegagaln yang dialami dapat menimbulkan frustrasi yang kemuadian dapat menimbulkan agresif atau amuk
b.Perilaku
ù  Reinforcement yang diterima mendapatkan dukungan pada saat melakukan kekerasan
ù  Sering mengobservasi kekerasan dirumah / di luar rumah
c. Sosial budaya
ù  Budaya tertutup dan membalas secara diam (pasif – agresif) dan kontrol sosial yang tidak pasti terhadap perilaku kekerasan akan menciptakan seolah-olah perilaku kekerasan diterima (permisive)
d.Bioneurologis
ù  Banyak pendapat bahwa kerusakan kerusakan sistem limbik, lobus frontal, lobus temporal dan ketidakseimbangan neurotransmiter turut berperan dalam terjadinya perilaku kekerasan

        2).     Faktor Presipitasi
a.       Dapat bersumber dari klien, limgkungan atau interaksi  dengan orang lain
b.       Kondisi klien seperti kelemahan fisik (penyakit fisik)
c.        Keputusasaan, ketidakberdayaan, percaya diri kurang
d.       Situasi lingkungan yang ribut, padat, kritikan yang mengarah pada penghinaan, kehilangan orang yang dicintai
e.        Interaksi sosial yang provokatif dan konflik dapat pula memicu perilaku kekerasan    
4.       Tanda  dan gejala
1.       Emosi
ù  Tidak adequat
ù  Measa tidak aman
ù  Rasa terganggu
ù  Marah (dendam)
ù  Jengkel
ù  Merusak / memukul
2.       Fisik
ù  Muka merah
ù  Pandangan mata tajam
ù  Tangan mengepal
ù  Nafas pendek
ù  Berkeringat
ù  Sakit fisik
ù  Tekanan darah meningkat
3.       Intelektual
ù  Mendominasi pembicaraan / bicara keras
ù  Berdebat, rewel
ù  Meremehkan orang lain
ù  Mempertahankan pendapat
ù  Memaksakan kehendak
4.       Spiritual
ù  Merasa kuasa
ù  Keraguan
ù  Tidak bermoral
ù  Kreativitas terhambat / terhalang
5.       Sosial
ù  Menarik diri
ù  Pengasingan
ù  Penolakan
ù  Kekerasan
ù  Ejekan
ù  Kurang percaya diri

5.       Akibat 
ù  Risiko Mencederai diri sendiri
ù  Risiko Mencederai orang lain
ù  Risiko Mencederai lingkungan

III.     A.   POHON  MASALAH


                               
Risiko mencederai diri sendiri / lingkungan / orang lain









n




















































































































n / lingkungan
 

 Akibat  -------------------------









Perilaku  kekerasan
Perilaku  kekerasan
 
 




Masalah utama ----------------








Gangguan Konsep diri :

Harga diri rendah


 
 




Penyebab ----------------------

B.       MASALAH  KEPERAWATAN  DAN DATA YANG  PERLU DIKAJI
1.           Risiko mencederai diri sendiri / orang lain / lingkungan
DS :      -  Keluarga mengatakan, klien dirumah mengamuk, marah-marah
DO :  -  Mengancam orang tuanya dan tetangganya, memukul orang tuanya
-      Marah-marah pada orang tuanya, merusak  alat-alat rumah tangga
2.   Perilaku kekerasan
DS :        -    Klien menyatakan ingin memukul
DO :        -    Marah-marah pada orang tuanya
-      Pandangan mata tajam, muka merah, bicara keras
-      Berdebat, memaksakan kehendak
3.   Gangguan konsep diri             
DS :        -    Klien mengatakan merasa dihina
DO:         -    Menarik diri, kurang percaya diri, keraguan
-      Merasa diasingkan, ada penolakan dari masyarakat karena klien sering merah-marah dan merusak

IV.     DIAGNOSA  KEPERAWATAN

           1.     Mencederai diri sendiri / orang lain / lingkungan   b.d.  perilaku kekerasan
           2.     Perilaku kekerasan   b.d.   harga diri rendah
V.       RENCANA  KEPERAWATAN
           Dx. 1.     Mencederai diri sendiri/orang lain/lingkungan   b.d.  perilaku kekerasan
a.   Tujuan Umum :
ù  Klien tidak mencederai diri  sendiri / orang lain / lingkungan.
b. Tujuan Khusus.
1.       Klien dapat membina hubungan saling percaya.
1.1.  Bina hubungan saling percaya.
a.       Beri salam / panggil nama klien
b.       Sebutkan nama perawat sambil jabat tangan
c.        Jelaskan maksud dan tujuan intraksi.
d.       Jelaskan tentang kontrak yang akan dibuat
e.        Beri rasa aman dan sikap empati
f.        Lakukan kontak singkat tapi sering
2.       Klien dapat mengidentifikasikan penyebab perilaku kekerasan.
2.1        Beri kesempatan klien untuk mengungkapkan perasaannya
2.2        Bantu klien untuk mengungkapkan penyebab perasaan jengkel / kesal.
3.     Klien dapat mengidentifikasikan tanda-tanda perilaku kekerasan.
3.1    Anjurkan klien mengungkapkan yang dialami dan dirasakan saat jengkel / kesal.
3.2        Observasi tanda-tanda perilaku kekerasan pada klien.
3.3        Simpulkan bersama klien tanda-tanda jengkel / kesal yang dialami klien.
4.     Klien dapat mengidentifikasi perilaku kekeraan yang biasa dilakukan.
4.1        Anjurkan klien untuk mengungkapkan perilaku kekeraan yang biasa dilakukan klien.
4.2        Bantu klien untuk bermain peran sesuai dengan perilaku kekerasaan yang biasa dilakukan.
4.3        Bicarakan dengan klien, apakah dengan cara yang klien dilakukan masalahnya selesai.
5.     Klien dapat mengidentifikasi akibat perilaku kekerasan.
5.1        Bicarakan akibat / kerugian dari cara yang dilakukan klien.
5.2        Bersama klien menyimpulkan akibat cara yang digunakan klien.
5.3        Tanyakan pada klien  “Apakah ia ingin mempelajari cara baru yang sehat.”
6.     Klien dapat mengidentifikasi cara konstruktif dalam berespon terhadap marah.
6.1        Tanyakan pada klien  Apakah ia ingin mempelajari cara baru  yang sehat.
6.2        Berikan pujian jika klien mengetahui cara lain yang sehat.
6.3        Diskusikan dengan klien cara lain yang sehat :
a.     Secara fisik.
Tarik napas dalam, jika sedang kesal / tersinggung / jengkel atau memukul bantal / kasur, atau olah raga, atau pekerjaan yang memerlukan tenaga
b.     Secara verbal.
     Katakan bahwa anda sedang kesal/ tersinggung / jengkel (contoh : “Saya kesal anda berkata seperti itu, saya marah karena mama tidak memenuhi keinginginan saya”)
b.       Secara sosial.
Lakukan dalam terapi aktivitas kelompok cara-cara marah  yang sehat, latihan asertif, latihan manajemen perilaku kekerasan
c.        Secara spiritual.
Anjurkan klien sembahyang, berdo’a, ibadah lain ; meminta pada Tuhan untuk diberi kesabaran, maengadu pada Tuhan tentang kekerasan / kejengkelan.
7.     Klien dapat mendemontrasikan cara mengontrol perilaku kekerasan.
7.1        Bantu klien memilih cara yang paling tepat untuk klien
7.2        Bantu klien mengidentivikasi manfaat cara yang telah dipilih
7.3        Bantu klien menstimulasikan cara tersebut (role play)
7.4        Beri reinforcement positif atas keberhasilan klien menstimulasikan cara tersebut.
7.5        Anjurkan klien untuk menggunakan cara yang dipelajari saat jengkel atau marah
7.6        Susun jadual melakukan cara yang telah dipelajari.
8.       Klien dapat menggunakan obat dengan benar (sesuai program pengobatan).
8.1.      Jelaskan jenis-jenis obat  yang diminum klien.
8.2.      Diskusikan manfaat minum obat dan kerugian berhenti minum obat tanpa ijin dokter.
8.3.      Jelaskan prinsip lima benar: benar klien, dosis, waktu, obat dan  caranya.
8.4.      Jelaskan manfaat minum obat dan efek samping obat
8.5.      Anjurkan klien meminta sendiri obatnya dan minum obat tepat waktu
8.6.      Anjurkan klien melapor pada perawat / dokter jika merasakan efek yang tidak menyenangkan.
8.7.      Beri pujian jika klien minum obat dengan benar.
9.     Klien mendapat dukungan  keluarga dalam mengontrol perilaku kekerasan.
9.1        Identifikasi kemampuan keluarga dalam merawat klien dari sikap yang telah dilakukan keluarga terhadap klien selama ini.
9.2        Jelaskan peran serta keluarga dalam merawat klien.
9.3        Jelaskan cara-cara  merawat klien :
ù  Terkait dengan cara mengontrol perilaku kekerasan yang konstruktif
ù  Sikap tenang, bicara jelas, tidak terburu-buru
ù  Membantu klien mengenal penyebab marah
9.4        Bantu keluarga mendemontrasikan cara merawat klien di rumah.
9.5        Bantu keluarga mengungkapkan perasaan setelah melakukan demontrasi.








STRATEGI PELAKSANAAN TINDAKAN KEPERAWATAN
KLIEN  DENGAN  PERILAKU  KEKERASAN
( PERTEMUAN    PERTAMA )

A.   PROSES KEPERAWATAN

1.     Kondisi klien      
Klien datang ke RS diantar keluarga karena marah-marah  dan memecah kaca.
2.     Diagnosa            
Risiko menciderai diri/ orang lain/lingkungan  berhubungan dengan perilaku kekerasan.
3.     Tujuan Khusus    
TUK  1.  Klien dapat membina hubungan saling percaya
TUK  2.  Klien dapat mengidentifikasi penyebab perilaku kekerasan
4.     Tindakan keperawatan
ù  Bina hubungan saling percaya
ù  Beri kesempatan klien untuk mengungkapkan perasaanya
ù  Bantu klien untuk mengungkapkan penyebab perasaan jengkel / kesal / marah

B.       STRATEGI KOMUNIKASI DALAM PELAKSANAAN TINDAKAN KEPERAWATAN
1.  ORIENTASI.
a.     Salam terapeutik.
“Selamat pagi bu, perkenalkan nama saya Ani biasa dipanggil Ani. Nama   ibu siapa dan senang dipanggil siapa ?” Saya akan merawat ibu selama disini”
b.     Evaluasi / validasi.
 “Ada apa bu dirumah  sampai di bawa kesini ?
c.     Kontrak.
Topik             : “Bu, bagaimana kalau sekarang kita membicarakan tentang hal-hal penyebab ibu marah ”
Waktu            : “Berapa lama kita bercakap-cakap? Bagaimana kalau 10 menit ?”
Tempat          : “Mau dimana kita bercakap-cakap? Bagaimana kalau di ruang tamu ?”
2.     FASE KERJA.
a.           Apa yang membuat ibu memecah kaca ?
b.           Apakah ada yang membuat ibu kesal ?
c.            Apakah ibu sebelumnya pernah marah ?
d.           Apa penyebabnya ? Apa sama dengan yang sekarang ?
e.            Baiklah jadi ada ……(misalnya 2) penyebab ibu marah
3.     FASE TERMINASI.
a.     Evaluasi respon klien terhadap tindakan keperawatan.
 Evaluasi klien (subyektif) :
·         “Bagaimana perasaan ibu, setelah kita bercakap-cakap ?”
 Evaluasi perawat (obyektif)
·             Coba sebutkan penyebab yang membuat ibu kesal / marah 
b.     Tindak lanjut.
“Baiklah, waktu kita telah habis, nanti coba ibu ingat lagi penyebab ibu marah yang belum kita bicarakan”
c.     Kontrak yang akan datang.
Topik   : “Bu, nanti akan kita bicarakan perasan ibu pada saat marah dan cara marah yang biasa ibu lakukan”
Waktu   : “Bagaimana kalau kita berbincang  selama 10 menit ?”
Tempat : “Di taman, ibu  setuju ?”





























STRATEGI PELAKSANAAN TINDAKAN KEPERAWATAN
KLIEN  DENGAN  PERILAKU  KEKERASAN
( PERTEMUAN    KEDUA )

A.   PROSES KEPERAWATAN

1.     Kondisi klien      
Klien penyebutkan penyebab klien marah.
2.     Diagnosa            
Risiko menciderai diri/orang lain/lingkungan berhubungan dengan perilaku kekerasan.
3.     Tujuan Khusus    
TUK  3.  Klien dapat mengidentifikai tanda-tanda perilaku kekerasan.
TUK  4.  Klien dapat mengidentifikasi perilaku kekerasan yang biasa dilakukan
TUK  5.  Klien dapat mengidentifikasi akibat perilaku kekerasan
4.     Tindakan keperawatan
ù  Mengidentifikasi tanda dan gejala perilaku kekerasan
ù  Mengidentifikasi perilaku kekerasan yang biasa dilakukan
ù  Mengidentifikasi akibat perilaku kekerasan
B.       STRATEGI KOMUNIKASI DALAM PELAKSANAAN TINDAKAN KEPERAWATAN
1.  ORIENTASI.
a.     Salam terapeutik.
             “Selamat siang bu ?”
b.     Evaluasi / validasi.
“Bagaimana perasaan ibu hari ini ?”
“Apakah ada penyebab marah yang lain ?”
c.     Kontrak.
Topik     : “Baiklah kita akan membicarakan perasaan ibu saat sedang marah marah”
Waktu         : “Mau berapa lama? Bagaimana kalau 10 menit ?”
Tempat       : “Mau dimana? Bagaimana kalau di ruang tamu ?”
2.     FASE KERJA.
a.       Saat dimarahi bapak (salah satu penyebab marah), apa yang ibu rasakan ?
b.       Apa ada perasan kesal, tegang, mengeapalkan tangan, mondar-mandir ?
c.        Lalu apa yang biasa ibu lakukan ? Apa marah-marah atau memukul ?
d.       Coba praktekkan cara ibu marah !  Wah, bagus sekali
e.        Nah, bagaimana perasaan ibu setelah memecah kaca ?
f.        Apakah masalahnya selesai ? Apa akibat perilaku ibu ?
g.        Betul, kaca jadi pecah, tangan jadi sakit, masalah tidak selesai dan akibatnya ibu di bawa kesini.


3.     FASE TERMINASI.
a.     Evaluasi respon klien terhadap tindakan keperawatan.
 Evaluasi klien (subyektif) :
·         “Bagaimana perasaan ibu, setelah kita bercakap-cakap ?”
 Evaluasi perawat (obyektif)
·             Apa saja tadi yang di bicarakan ?
·             Benar, perasaan marah.  Apa saja tadi ? Ya betul !”
·             Lalu cara marah yang lama, apa saja ? Ya benar, lagi, oke !”
·             Dan akibat marah, apa saja ? Bagus, benar sekali !” 
b.     Tindak lanjut.
“Baiklah, sudah banyak sekali yang kita bicarakan. Nanti coba ingat-ingat lagi perasan ibu sewaktu marah, dan cara ibu marah, serta akibat dari marah.  Kalau di RS ada yang membuat ibu marah , langsung beritahu perawatnya !”
c.     Kontrak yang akan datang.
Topik   : “Besok kita mulai latihan cara marah yang baik dan sehat”
Waktu   : “Bagaimana kalau kita berbincang  selama 15 menit ?”
Tempat : “Di ruang tamu, ibu  setuju ?”






















STRATEGI PELAKSANAAN TINDAKAN KEPERAWATAN
KLIEN  DENGAN  PERILAKU  KEKERASAN
( PERTEMUAN    KETIGA )

A.   PROSES KEPERAWATAN

1.     Kondisi klien      
Klien penyebutkan tanda dan gejala marah, cara marah yang biasa dilakukan serta akibat yang terjadi .
2.     Diagnosa            
Risiko menciderai diri/orang lain/lingkungan berhubungan dengan perilaku kekerasan.
3.     Tujuan Khusus    
TUK  6.  Klien dapat mengidentifikai cara konstruktif dalam berespon terhadap marah.
TUK 7.  Klien dapat mendemontrasikan cara mengontrol  perilaku kekerasan
4.     Tindakan keperawatan
ù  Memilih satu cara yang konstruktif.
ù  Mendemontrasikan satu cara yang konstruktif
B.       STRATEGI KOMUNIKASI DALAM PELAKSANAAN TINDAKAN KEPERAWATAN
1.  ORIENTASI
a.     Salam terapeutik.
             “Selamat pagi bu ?”
b.     Evaluasi / validasi.
“Bagaimana perasaan ibu saat ini ?”
“Apakah ada yang membuat ibu marah sore dan malam kemarin ?
“Bagaimana dengan perasaan, cara marah dan akibat marah ibu masih ada tambahan ?”
c.     Kontrak.
Topik   : “Mas masih ingat apa yang akan kita latih sekarang ? Benar kita akan latihan cara marah yang sehat””
Waktu         : “Mau berapa lam? 15 menit saja ya ?”
Tempat       : “Mau dimana? Bagaimana kalau di taman ?”
2.     FASE KERJA.
a.       Ibu ada berapa cara marah yang sehat, hari ini kita pelajari satu cara.
b.       Nah, ibu bisa pilih mau latihan nafas dalam atau pukul kasur dan bantal.
c.        Baik kita latihan nafas dalam
d.       Jadi kalau ibu lagi kesal dan perasaan sudah mulai tidak enak segera tarik nafas dalam agar cara marah yang lama tidak terjadi.  Saat dimarahi bapak (salah satu penyebab marah), apa yang ibu rasakan ?
e.        Caranya seperti ini, kita bisa berdiri atau duduk tegak, lalu tarik nafas dari hidung dan keluarkan lewat mulut perlahan-lahan.
f.        Coba ikuti ibu suster, tarik dari hidung, ya bagus, tahan sebentar dan tiup lewat mulut. Oke, ulangi sampai 5 kali.
3.     FASE TERMINASI.
a.     Evaluasi respon klien terhadap tindakan keperawatan.
 Evaluasi klien (subyektif) :
·         “Bagaimana perasaan ibu, setelah latihan, ada perasan lega ?”
 Evaluasi perawat (obyektif)
·             “Coba  sebutkan apa yang sudah kita pelajari tadi ?”
·             “Benar, berapa kali tarik nafas dalam ? Ya betul !”
b.     Tindak lanjut.
“Nah, berapa kali sehari ibu mau latihan? Bagaimana kalau 3 kali ?”
“Mau kapan latihannya?  Bagaimana kalau pagi hari setelah bangun tidur, lalu siang sebelum makam dan malam sebelum tidur ? Juga lakukan kalau ada yang membuat kesal !“Bagaimana kalau kita buat jadual kegiatannya?”
c.     Kontrak yang akan datang.
Topik   : “Waktu kita sudah habis, besok kita belajar cara yang lain “
Waktu   : “Mau berapa menit ? Bagaimana kalau  15 menit ?”
Tempat : “Di ruang tamu ya bu ?”  Baik sampai besok ya ….?”

























Tidak ada komentar:

Posting Komentar