Rabu, 19 Maret 2014

LP & ASKEP FRAKTUR HUMERUS (MAYA)


LAPORAN PENDAHULUAN DAN ASUHAN KEPERAWATAN
DENGAN KASUS FRAKTUR HUMERUS
                                    DI IGD RSUD dr.ISKAK TULUNGAGUNG

Diajukan untuk memenuhi tugas pada mata kuliah kegawatdaruratan









Dosen Pembimbing   :
 
KUKUH HERU S, SKep, Ners

Disusun Oleh :
MAYA INTAN ALDONA
NIM 02.12.020
           
PRODI  DIII  KEPERAWATAN  TINGKAT  II A
SEKOLAH  TINGGI  ILMU  KESEHATAN  (STIKes)
“HUTAMA  ABDI  HUSADA”
Jalan Dr. WahidinSudiroHusodo No.1, Telp/Fax : 0355-322738
TULUNGAGUNG 66224

LAPORAN PENDAHULUAN
DENGAN KASUS FRAKTUR HUMERUS
DI IGD RSUD dr. ISKAK TULUNGAGUNG
            I. DEFINISI
a .Fraktur adalah terputusnya kontinuitas jaringan tulang yang umumnya disebabkan oleh rudapaksa (Mansjoer, Arif, et al, 2000).
 Sedangkan menurut Linda Juall C. dalam buku Nursing Care Plans and Dokumentation menyebutkan bahwa Fraktur adalah rusaknya kontinuitas tulang yang disebabkan tekanan eksternal yang datang lebih besar dari yang dapat diserap oleh tulang. Pernyataan ini sama yang diterangkan dalam buku Luckman and Sorensen’s Medical Surgical Nursing.
b.Patah Tulang Tertutup
Didalam buku Kapita Selekta Kedokteran tahun 2000, diungkapkan bahwa patah tulang tertutup adalah patah tulang dimana tidak terdapat hubungan antara fragmen tulang dengan dunia luar. Pendapat lain menyatidakan bahwa patah tulang tertutup adalah suatu fraktur yang bersih (karena kulit masih utuh atau tidak robek) tanpa komplikasi (Handerson, M. A, 1992).
C. Patah Tulang Humerus
Adalah diskontinuitas atau hilangnya struktur dari tulang humerus yang terbagi atas :
1)       Fraktur Suprakondilar Humerus
2)       Fraktur Interkondiler Humerus
3)       Fraktur Batang Humerus
4)       Fraktur Kolum Humerus




Berdasarkan mekanisme terjadinya fraktur :
1)     Tipe Ekstensi
Trauma terjadi ketika siku dalam posisi hiperekstensi, lengan bawah dalam posisi supinasi.
2)     Tipe Fleksi
Trauma terjadi ketika siku dalam posisi fleksi, sedang lengan dalam posisi pronasi.
(Mansjoer, Arif, et al, 2000)


2.       ETIOLOGI

1)         Kekerasan langsung
Kekerasan langsung menyebabkan patah tulang pada titik terjadinya kekerasan. Fraktur demikian sering bersifat fraktur terbuka dengan garis patah melintang atau miring.
2)       Kekerasan tidak langsung
Kekerasan tidak langsung menyebabkan patah tulang ditempat yang jauh dari tempat terjadinya kekerasan. Yang patah biasanya adalah bagian yang paling lemah dalam jalur hantaran vektor kekerasan.

3)         Kekerasan akibat tarikan otot
     Patah tulang akibat tarikan otot sangat jarang terjadi. Kekuatan dapat berupa pemuntiran,    penekukan, penekukan dan penekanan, kombinasi dari ketiganya, dan penarikan.(Oswari E, 19)




       3. PATOFISIOLOGI
Trauma   langsung                    Trauma tak langsung              kondisi patologis
                                    
                                                Fraktur
nyeri
      Dekontiunitas tulang                pergeseran fragmen tulang
                                                               
    Perubahan jaringan sekitar
     Pergeseran fragmen tulang   Laserasi kulit               Spasme otot      kerusakan frag.tulang
gg. resti infeksi
          Deformitas                                                        peningkatan tekana     tekanan system  
          gg. fungsi                                                                kapiler                          tulang
Gg. Mobilitas fisik
                                               putus vena /arteri      pelepasan histamine         reaksi stress
                                                                                                                                 tulang
                                                perdarahan                       edema                 melepaskan                  
                                        kehilangan vol.cairan    penekana pemb. Darh    katekolamin
                                       shock hipovolemik      penuruan perfusi jaringan   memobilisasi
Gg. Perfusi jaringan
                                                                                                                   asam lemak
                                                                                                                bergabung dengan
                                                                                                                   trombosit
                                                                                                                    emboli
     menyumbat           pembuluh                                               darah
4. MANIFESTASI KLINIS 
              Pada tipe ekstensi posisi siku dalam posisi ekstensi . Pada tipe fleksi posisi siku dalam posisi semi  fleksi . ( Kapita selekta kedokteran jilid 2)
        Menurut Smeltzer (2002) tanda dan gejala fraktur adalah :
Ø  Nyeri terus menerus dan bertambah beratnya sampai tulang diimobilisasi.
Ø  Ekstremitas tidak dapat berfungsi dengan baik, karena fungsi normal otot bergantung pada intregitas tulang tempat melekatnya otot .
Ø  Deformitas (terlihat  maupun teraba)
Ø  Pada fraktur panjang terjadi pemendekan tulang yang sebenarnya karena kontraksi otot yang melekat di atas dan dibawah tempat fraktur .
Ø  Saat ekstremitas diperiksa dengan tangan , teraba adanya derik tulang dinamakan krepitus yang teraba akibat gesekan antara fragmen satu dengan yang lainnya .
Ø  Pembengkakan dan perubahan warna lokal pada  kulit  terjadi sebagai akibat trauma dan perdarahan yang mengikuti fraktur .

      5.  KOMPLIKASI FRAKTUR
1)       Komplikasi Awal
a)         Kerusakan Arteri
Pecahnya arteri karena trauma bisa ditandai dengan tidak adanya nadi, CRT menurun, cyanosis bagian distal, hematoma yang lebar, dan dingin pada ekstrimitas yang disebabkan oleh tindakan emergensi splinting, perubahan posisi pada yang sakit, tindakan reduksi, dan pembedahan.
b)         Kompartement Syndrom
Kompartement Syndrom merupakan komplikasi serius yang terjadi karena terjebaknya otot, tulang, saraf, dan pembuluh darah dalam jaringan parut. Ini disebabkan oleh oedema atau perdarahan yang menekan otot, saraf, dan pembuluh darah. Selain itu karena tekanan dari luar seperti gips dan embebatan yang terlalu kuat.

c)         Fat Embolism Syndrom
Fat Embolism Syndrom (FES) adalah komplikasi serius yang sering terjadi pada kasus fraktur tulang panjang.  FES terjadi karena sel-sel lemak yang dihasilkan bone marrow kuning masuk ke aliran darah dan menyebabkan tingkat oksigen dalam darah rendah yang ditandai dengan gangguan pernafasan, tachykardi, hypertensi, tachypnea, demam.
d)        Infeksi
System pertahanan tubuh rusak bila ada trauma pada jaringan. Pada trauma orthopedic infeksi dimulai pada kulit (superficial) dan masuk ke dalam. Ini biasanya terjadi pada kasus fraktur terbuka, tapi bisa juga karena penggunaan bahan lain dalam pembedahan seperti pin dan plat.
e)         Avaskuler Nekrosis
Avaskuler Nekrosis (AVN) terjadi karena aliran darah ke tulang rusak atau terganggu yang bisa menyebabkan  nekrosis tulang dan diawali dengan adanya Volkman’s Ischemia.
f)          Shock
Shock terjadi karena kehilangan banyak darah dan meningkatnya permeabilitas kapiler yang bisa menyebabkan menurunnya oksigenasi. Ini biasanya terjadi pada fraktur.
2)       Komplikasi Dalam Waktu Lama
a)         Delayed Union
Delayed Union merupakan kegagalan fraktur berkonsolidasi sesuai dengan waktu yang dibutuhkan tulang untuk menyambung. Ini disebabkan karenn\a penurunan supai darah ke tulang.
b)         Nonunion
Nonunion merupakan kegagalan fraktur berkkonsolidasi dan memproduksi sambungan yang lengkap, kuat, dan stabil setelah 6-9 bulan. Nonunion ditandai dengan adanya pergerakan yang berlebih pada sisi fraktur yang membentuk sendi palsu atau pseudoarthrosis. Ini juga disebabkan karena aliran darah yang kurang.

c)         Malunion
Malunion merupakan penyembuhan tulang ditandai dengan meningkatnya tingkat kekuatan dan perubahan bentuk (deformitas). Malunion dilakukan dengan pembedahan dan reimobilisasi yang baik. (Black, J.M, et al, 1993)

     6.  PEMERIKSAAN PENUNJANG
     Pada pasien fraktur menurut Doenges (2000:762) adalah sebagai berikut :
1)      Pemeriksaan Rontgen
Untuk menentukan lokasi atau luasnya fraktur .
2)      CT Scan
Untuk memperlihatkan fraktur juga dapat digunakan untuk mengidentifikasi kerusakan jaringan lunak .
3)      Pemeriksaan Laboratorium
a)      Hb mungkin meningkat atau juga dapat menurun (pendarahan )
b)      Leukosit meningkat sebagai respon stress.
c)      Kreatinin , trauma meningkat beban kreatinin untuk klien ginjal.
4)      Arteriogram ,
Dilakukan bila kerusakan vaskuler dicurigai .






     7. PENATALAKSANAAN
Bila pembengkakan tak hebat, dapat dicoba reposisi dalam narkosis umum. Setelah tereposisi, posisi  siku dibuat fleksi secara perlahan – lahan . Gerakan fleksi diteruskan sampai arteri radialis mulai tak teraba. Kemudian  siku diekstensikan sedikit untuk memastikan arteri radialis teraba lagi . Dalam posisi fleksi maksimal ini dilakukan imobilisasi dengan gips spalk (foreslab ). Pascareposisi harus juga diperiksa denyut arteri radialis untuk menghindarkan terjadi komplikasi iskemia Volksmann. (Kapita Selekta Kedokteran ,jilid 2 )



     8. DIAGNOSA KEPERAWATAN
1. nyeri berhubungan dengan gerakan fragmen tulang, edema dan cedera pada  jaringan lunak.
2. Intoleransi aktifitas  berhubungan dengan kerusakan rangka neuromuskuler : nyeri/ketidaknyamanan.
3. Resiko tinggi infeksi berhubungan dengan cedera tusuk, fraktur terbuka atau bedah perbaikan, pemasangan traksi pen, kawat, skrup, plat.

     9. INTERVENSI DAN RASIONAL
1. Dx 2 nyeri berhubungan dengan gerakan fragmen tulang, edema dan cedera pada jaringan lunak.
a) . Hindari penggunaan sprei/bantal plastik di bawah ekstremitas dalam gips.
      R/ Dapat meningkatkan ketidaknyamanan karena peningkatan produksi panas dalam gips yang kering.
b) Evaluasi keluhan nyeri/ ketidaknyamanan, perhatikan lokasi dan karekteristik, termasuk intensitas (skala   0-10). Perhatikan petunjuk nyeri nonverbal (perubahan pada tanda vital dan emosi/perilaku).
    R/ Mempengaruhi pilihan/pengawasan keefektifan intervensi. Tingkat ansietas dapat mempengaruhi   persepsi/reaksi terhadap nyeri.
c). Dorong pasien untuk mendiskusikan masalah sehubungan dengan cedera.
   R/ Membantu untuk menghilangkan ansietas. /Pasien dapat merasakan kebutuhan untuk menghilangkan pengalaman kecelakaan.
d). Dorong menggunakan teknik manajemen stress, contoh relaksasi progressif, latihan nafas dalam, imanjinasi visualisasi, sentuhan terapeutik.
  R/ Memfokuskan kembali perhatian, meningkatkan rasa kontrol dan dapat meningkatkan kemampuan koping dalam manajemen nyeri yang mungkin mentap untuk periode lebih lama.
e) Kolaborasi dengan tim dokter dalam pemberian terapi
R/ untuk mempercepat proses penyembuhan

2.Dx 2. Intoleransi aktifitas  berhubungan dengan kerusakan rangka neuromuskuler : nyeri/ketidaknyamanan.
a). Kaji derajat imobilitas yang dihasilkan oleh cedera/pengobatan dan perhatikan persepsi pasien terhadap imbolisasi.
    R/ Pasien mungkin dibatasi oleh pandangan diri/persepsi diri tentang keterbatasan fisik aktual, memerlukan informasi/intervensi untuk meningkatkan kemajuan kesehatan.
b). Dorong partisipasi pada aktivitas terapeutik/rekreasi. Pertahankan rangsang lingkungan contoh radio, TV, koran, barang milik pribadi/likisan, jam, kalender, kunjungan keluarga/teman
   .R/ Memberikan kesempatan untuk mengeluarkan energi, memfokuskan kembali perhatian, meningkatkan rasa kontrol diri/harga diri, dan membantu menurunkan isolasi sosial.
c). Instruksikan pasien untuk/bantu dalam rentang gerak pasien/aktif pada ekstremitas yang sakit dan yang tak sakit.
   R/Meningkatkan aliran darah ke otot dan tulang untuk meningkatkan tonus otot, mempertahankan gerak sendi : mencegah kontraktur/atrofi, dan resorpsi kalsium karena tidak digunakan
3. Dx 5 Resiko tinggi infeksi berhubungan dengan cedera tusuk, fraktur terbuka atau   bedah perbaikan, pemasangan traksi pen, kawat, skrup, plat
a) . Kaji kulit untuk luka terbuka, benda asing, kemerahan, perdarahan, perubahan warna, kelabu, memutih
.    R/Memberikan informasi tentang sirkulasi kulit dan masalah yang mungkin disebabkan oleh alat dan atau pemasangan gips/bebat atau traksi atau pembentukan edema yang membutuhkan intervensi medik lanjut.
b). Masase kulit dan penonjolan tulang. Pertahankan tempat tidur kering dan bebas kerutan. Tempatkan bantalan air/bantalan lain bawah siku/tumit sesuai indikasi.
     R/ Menurunkan tekanan pada area yang peka dan risiko abrasi/kerusakan kulit.

c). Ubah posisi dengan sering. Dorong penggunaan trapeze bila mungkin. Mengurangi tekanan konstan pada area yang sama dan meminimalkan risiko kerusakan kulit
   .R/ Penggunaan trapeze dapat menurunkan abrasi pada siku/tumit.

.


DAFTAR PUSTAKA

Carpenito, Lynda Juall, Rencana Asuhan dan Dokumentasi Keperawatan, EGC, Jakarta, 1999.
Dudley, Hugh AF, Ilmu Bedah Gawat Darurat, Edisi II, FKUGM, 1986.
Departemen Kesehatan Republik Indonesia, Sistem Kesehatan Nasional, Jakarta, 1991.
Henderson, M.A, Ilmu Bedah untuk Perawat, Yayasan Essentia Medika, Yogyakarta, 1992.
Mansjoer, Arif, et al, Kapita Selekta Kedokteran, Jilid II, Medika Aesculapius FKUI, Jakarta, 2000.
Oswari, E, Bedah dan Perawatannya, PT Gramedia Pustaka Utama, Jakarta, 1993.














ASUHAN KEPERAWATAN
PADA KLIEN DENGAN KASUS FRAKTUR HUMERUS
DI RSUD dr. ISKAK TULUNGAGUNG
                                                                                                        FORMAT   PENGKAJIAN
662264

DI INSTALASI GAWAT DARURAT                                  NO. MR : 
DATA IDENTITAS SOSIAL PASIEN
Nama Lengkap (Nama sendiri)
Sex
Umur /Tgl lahir
Ny Anggita


P
35 thn /1979
Alamat Pasien (Menurut KTP/SIM)
No. KTP/SIM : 36040694099400
Jln/Dsn           :Mulyorejo
Kel/Desa        :Mulyosari
Kec.                : Pagerwojo
Kodya/Kab.   :Tulungagung

Agama
Suku
Bangsa
Kasus Polisi
Islam



Jawa

Indonesia

-
-
Status Perkawinan
Jenis Pembayaran
Pendidikan
Pekerjaan

Kawin



Sendiri

SMA

Wiraswasta
Cara Datang
Transportasi ke IRD
Komunikasi
Rujukan dari puskesmas pagerwojo



Menggunakan ambulance puskesmas pagerwojo
Baik
Kejadian tgl : 24-02-2014                     Jam :   08.30                        WIB                  Di : Pertigaan menuju       waduk wonorejo
Datang di IRD tgl :  24-02-2014        Jam :   09.00                      WIB
Keadaan Pra Hospitalisasi : GCS :3-4-5……Tensi 120/70… mmHg, Nadi : 86 x/mnt
Pernafasan  : 22. x/mnt, Suhu : 36,4. °C
infus
Tindakan Pra Hospital :
Bidaia
RJP                                                            Bebat                                    ETT                                    Penjahitan
Trakeostomi              NGT                          Bidai                                  Pipa oro/naso
O2                             Obat                           Kateter                               Suetion                               Pharingial
Dll…………….                                           Urine



TRIAGE : Jam 09.00WIB oleh perawat
Keluhan Utama
Px mengatakan nyeri hebat di lengan atas dan tidak bisa digerakan .
S.ax  :  36’5 °C
S.rec : …………… °C
N : 84 x/mnt
T : 110/80 . mmHg

P : 22. x/mnt
(Pediatri)
BB : 56.Kg
Riwayat Penyakit :
-          DM
-          PJK                    - Dll
-          Asma                 - Tidak ada           
Riwayat Alergi :       Ya         Tidak         Lain – lain
P2
Kategori Triage :
P1                                P3                PO
Keadaan Umum ; (Obyektif) : Baik                            Sedang                                 Buruk
-           
Pernafasan : (B)
Gerak  dada
Simetris    Asunetris
Pernafasan : (B)
-          Normal
-          Retractive
-          Kusmaul
-          Dangkal
-          Trachypnoe
Sirkulasi : (C)
N.Carotis :………./mnt
N.Radial  :………./mnt
Kulit Muskulo :
-          Normal
-          Jaundice
-          Cyanosis
-          Pucat
-          Berkeringat
-          Akral…hangat
GCS :
R.Mata      : 3
R.Verval   : 4
R.Motorik : 5


Total       : 12




Pemeriksaan Fisik (Assasment)                                                                         Keterangan
Kepala  tdk ada luka, pernafasn cuping hidung (-) ,akral hangat ,konjungtiva anemis, bibir kering ,turgor elastis, bentuk thorax normal , RR 22, irama regular ,
Abdomen nyeri tekan (-),ascites (-), hepar dan lien tdk teraba ,peristaltic usus 6x/mnt ,
GCS 3-4-5 , odema (+) di tangan kanan , pus (-)
 kekuatan otot   1     5
                          5     5

                                                          
 
Jam :

Pemeriksaan : Lab / Foto / ECG / Lain – lain










Diagnosa : …fraktur humerus 1/3 distal…………………………………………….
Jam
08.30

Terapi / Tindakan / Konsul
Infuse Ns 20 tts/ MNT
Inj . Antrain Ranitidine
Antibiotik IV/topikal.
Inj. Ceftri
Inj , ketorolac
Jawaban / catatan

1 ampul
5 cc
2x1 mg
2x1 mg




Jam keluar IRD : 10.00
MRS
Tindakan Lanjut
KRS                         PP               D         operasi                 Pindah ke bag ……..   Lain – lain ……….

Tanggal

Nama Perawat :
MAYA INTAN A




Tanda Tangan













DAFTAR DIAGNOSA KEPERAWATAN


Nama Pasien   : …Ny.A            Umur  : …35 thn        No. Register : …662264

NO

TANGGAL MUNCUL

DIAGNOSA KEPERAWATAN
TANGGAL TERATASI
TTD
1









2
    


24/02/2014









24/02/2014
Nyeri b/d gerakan fragmen tulang, edema dan cedera pada jaringan lunak.
Ds : Px mengatakan nyeri hebat di lengan atas bag. Kanan.
Do: K/u cukup
       Skala nyeri 5
       Ekspresi menyeringai
       Mukosa bibir kering
       TTV : TD 110/70 mmHg
                  N: 86/mnt, S:36’5,RR :20 x/,mnt     
Intoleransi aktifitas b/d perubahan
Jaringan sekitar .
Ds: Px mengatakan tidak dapat menggerakan tangan kanannya
 Do : k/u cukup
        Skala aktifitas 2
        Kekuatan otot       1     5                      
          GCS 3-4-5           5    5          


ANALISA DATA

Nama Pasien               : Ny. A
Umur                           :35 thn
No. Register                : 662264


KELOMPOK DATA


KEMUNGKINAN PENYEBAB

MASALAH
1. Nyeri b/d gerakan fragmen tulang, edema dan cedera pada jaringan lunak.
Ds : Px mengatakan nyeri hebat di lengan atas bagian kanan
Do: K/u cukup
       Skala nyeri 5
       Ekspresi menyeringai
      Mukosa bibir kering
       Terpasang spalek

     TTV : TD 110/70 mmHg
                  N: 86/mnt, S:36’5
                  RR : 20 x/mnt


2. Intoleransi aktifitas b/d                                                   perubahan   jaringan sekitar
Ds: Px mengatakan tidak dapat menggerakan tangan kanannya
 Do : k/u cukup
        GCS : 3-4-5
        Skala aktifitas 2
        Kekuatan otot       1     5                      
                                     5     5
                                           









Trauma langsung

Pendarahan disekitar daerah patahan(Humeris ) bagian dalam

Kerusakan jaringan  lunak

Sel darah merah dan sel darah putih
terakumulasi

Aliran darah meningkat

Edema
kehilangan fungsi jaringan
nyeri
Fraktur

Diskontiunitas tulang

Perubahan jaringan sekitar

Pergeseran fragmen tulang

Deformitas

gg. fungsi
Nyeri akut














Intoleransi aktivitas

RENCANA ASUHAN KEPERAWATAN

Nama pasien                : Ny.A                  Umur        : 35 thn                      No. Register                   : 662264
DIAGNOSA KEPERAWATAN
TUJUAN
KRITERIA STANDART
RENCANA TINDAKAN
RASIONAL
TTD
Nyeri b/d gerakan fragmen tulang, edema dan cedera pada jaringan lunak.

Ds : Px mengatakan nyeri hebat di lengan atas bag. Kanan.
Do: K/u cukup
       Skala nyeri 5
       Ekspresi menyeringai
       Mukosa bibir kering
       Terpasang spalek
       TTV : TD 110/70 mmHg
                  N: 86/mnt, S:36’5
                  RR : 20 x/mnt


Intoleransi aktifitas b/d perubahan
Jaringan sekitar .
Ds: Px mengatakan tidak dapat menggerakan tangan kanannya
 Do : k/u cukup
        Skala aktifitas 2
        Kekuatan otot       1     5                       
          GCS 3-4-5           5    5          
Setelah dilakukan tind.kep nyeri berkurang  .











Setelah dilakukan tind . kep px mampu melakukan aktifitas ringan




-k/u baik
-skala nyeri 3-0
- px mampu tenang dan istirahat.









-k/u baik
-bisa melakukan aktivitas ringan tanpa bantuan.
-kekuatan otot
     5    5
   5      5
1.BHSP

2. Kaji skala nyeri

3. Obs. TTV

4. Ajarkan teknik ditraksi relaksasi
5. kolaborasi dengan tim medis dalam pemberian terapi.
Tx: Antrain ranitidine 1 ampul
Ketorolac 2x1 mg

1. Motivasi px agar tetap melakukan mobilisasi .
2. Memasang spalek


3. kolaborasi dengan tim medis lain



1. Agar terjalin hubungan saling percaya antar px dgn perawat.
2. untuk mengetahui skala nyeri px & keefektifan terapi .
3. untuk mengetahui keadaan px
4. untuk mengurangi rasa nyeri .
5. Mempercepat proses penyembuhan




1. agar  tidak terjadi dekubitus pada jar. sekitar
2. agar px tetap mobilisasi tapi tidak memperparah fraktur.

3. mempercepat proses penyembuhan






























                       TINDAKAN KEPERAWATAN                                                                               CATATAN PERKEMBANGAN


Nama Pasien   :    Ny.A              Umur :  35 thn      No. Register      : 662264………………Kasus  : Fraktur Humerus  1/3 distal

NO


NO. DX
TANGGAL/
JAM

IMPLEMENTASI
TTD
TANGGAL/
JAM

     E V A L U A S I
TTD
1











2














1











2
24/02/2014
08.30

08. 45








08.30







BHSP
Menanyakan pada px mengenai tingkat nyeri yang dirasakan.
Obs. TTV
TD : 110/70mmHg, N: 82x/mnt , S: 36’4, RR: 18 x/mnt
Mengajari teknik distraksi relaksasi
Inj. Ceftri 2x1 mg
Inj. Antrain ranitidine 1 amp
Inj. Ketorolac 2x1 mg

Memotivasi agar px tetap mobilisasi ,
Memasang spalek










                                                          

24/02/2014
09.45










09.45
S: px mengatakan nyeri mulai berkurang
O: k/u cukup
    TD : 110/80 mmHg,
    N: 84, S: 36’5 , RR:18
    Skala nyeri 3
A : nyeri
P : Intervensi dilanjutkan
    (1-5)




S: px masih sulit untuk
    Melakukan aktivitas ringan.
O: k/u cukup
    TD : 110/80 mmHg,
    N: 84, S: 36’5 , RR:18
A: Intoleransi aktivitas
P : Intervensi dilanjutkan.
     (1-3)
    




Tidak ada komentar:

Posting Komentar