LAPORAN PENDAHULUAN DAN ASUHAN KEPERAWATAN
DENGAN KASUS FRAKTUR HUMERUS
DI
IGD RSUD dr.ISKAK TULUNGAGUNG
Diajukan untuk memenuhi tugas pada mata kuliah kegawatdaruratan
Dosen Pembimbing :
KUKUH HERU S, SKep, Ners
Disusun Oleh :
KUKUH HERU S, SKep, Ners
Disusun Oleh :
MAYA INTAN ALDONA
NIM 02.12.020
PRODI DIII KEPERAWATAN TINGKAT II A
SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN (STIKes)
“HUTAMA ABDI HUSADA”
Jalan Dr. WahidinSudiroHusodo No.1, Telp/Fax : 0355-322738
TULUNGAGUNG 66224
PRODI DIII KEPERAWATAN TINGKAT II A
SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN (STIKes)
“HUTAMA ABDI HUSADA”
Jalan Dr. WahidinSudiroHusodo No.1, Telp/Fax : 0355-322738
TULUNGAGUNG 66224
LAPORAN PENDAHULUAN
DENGAN KASUS FRAKTUR HUMERUS
DI IGD RSUD dr. ISKAK TULUNGAGUNG
I. DEFINISI
a .Fraktur adalah terputusnya
kontinuitas jaringan tulang yang umumnya disebabkan oleh rudapaksa (Mansjoer,
Arif, et al, 2000).
Sedangkan menurut Linda Juall C. dalam buku
Nursing Care Plans and Dokumentation menyebutkan bahwa Fraktur adalah rusaknya
kontinuitas tulang yang disebabkan tekanan eksternal yang datang lebih besar
dari yang dapat diserap oleh tulang. Pernyataan ini sama yang diterangkan dalam
buku Luckman and Sorensen’s Medical Surgical Nursing.
b.Patah
Tulang Tertutup
Didalam
buku Kapita Selekta Kedokteran tahun 2000, diungkapkan bahwa patah tulang
tertutup adalah patah tulang dimana tidak terdapat hubungan antara fragmen
tulang dengan dunia luar. Pendapat lain menyatidakan bahwa patah tulang
tertutup adalah suatu fraktur yang bersih (karena kulit masih utuh atau tidak
robek) tanpa komplikasi (Handerson, M. A, 1992).
C.
Patah Tulang Humerus
Adalah diskontinuitas atau hilangnya struktur dari tulang humerus
yang terbagi atas :
1) Fraktur Suprakondilar Humerus
2) Fraktur Interkondiler Humerus
3) Fraktur Batang Humerus
4) Fraktur Kolum Humerus
Berdasarkan mekanisme
terjadinya fraktur :
1)
Tipe Ekstensi
Trauma
terjadi ketika siku dalam posisi hiperekstensi, lengan bawah dalam posisi
supinasi.
2)
Tipe Fleksi
Trauma
terjadi ketika siku dalam posisi fleksi, sedang lengan dalam posisi pronasi.
(Mansjoer,
Arif, et al, 2000)
2.
ETIOLOGI
1)
Kekerasan langsung
Kekerasan langsung menyebabkan patah
tulang pada titik terjadinya kekerasan. Fraktur demikian sering bersifat
fraktur terbuka dengan garis patah melintang atau miring.
2) Kekerasan
tidak langsung
Kekerasan tidak langsung menyebabkan patah
tulang ditempat yang jauh dari tempat terjadinya kekerasan. Yang patah biasanya
adalah bagian yang paling lemah dalam jalur hantaran vektor kekerasan.
3)
Kekerasan akibat
tarikan otot
Patah tulang akibat tarikan otot sangat
jarang terjadi. Kekuatan dapat berupa pemuntiran, penekukan, penekukan dan penekanan,
kombinasi dari ketiganya, dan penarikan.(Oswari E, 19)
3. PATOFISIOLOGI
Trauma langsung Trauma tak langsung kondisi patologis
Fraktur
nyeri
|
Perubahan
jaringan sekitar
Pergeseran fragmen tulang Laserasi
kulit Spasme otot kerusakan frag.tulang
gg. resti infeksi
|
gg.
fungsi
kapiler tulang
Gg.
Mobilitas fisik
|
tulang
perdarahan edema melepaskan
kehilangan
vol.cairan penekana pemb. Darh katekolamin
shock
hipovolemik penuruan perfusi
jaringan memobilisasi
Gg. Perfusi jaringan
|
bergabung dengan
trombosit
emboli
menyumbat pembuluh
darah
4. MANIFESTASI KLINIS
Pada tipe ekstensi posisi siku
dalam posisi ekstensi . Pada tipe fleksi posisi siku dalam posisi semi fleksi . ( Kapita selekta kedokteran jilid 2)
Menurut Smeltzer (2002) tanda dan gejala
fraktur adalah :
Ø Nyeri
terus menerus dan bertambah beratnya sampai tulang diimobilisasi.
Ø Ekstremitas
tidak dapat berfungsi dengan baik, karena fungsi normal otot bergantung pada
intregitas tulang tempat melekatnya otot .
Ø Deformitas
(terlihat maupun teraba)
Ø Pada
fraktur panjang terjadi pemendekan tulang yang sebenarnya karena kontraksi otot
yang melekat di atas dan dibawah tempat fraktur .
Ø Saat
ekstremitas diperiksa dengan tangan , teraba adanya derik tulang dinamakan
krepitus yang teraba akibat gesekan antara fragmen satu dengan yang lainnya .
Ø Pembengkakan
dan perubahan warna lokal pada kulit terjadi sebagai akibat trauma dan perdarahan
yang mengikuti fraktur .
5. KOMPLIKASI
FRAKTUR
1) Komplikasi
Awal
a)
Kerusakan Arteri
Pecahnya
arteri karena trauma bisa ditandai dengan tidak adanya nadi, CRT menurun,
cyanosis bagian distal, hematoma yang lebar, dan dingin pada ekstrimitas yang
disebabkan oleh tindakan emergensi splinting, perubahan posisi pada yang sakit,
tindakan reduksi, dan pembedahan.
b)
Kompartement Syndrom
Kompartement
Syndrom merupakan komplikasi serius yang terjadi karena terjebaknya otot,
tulang, saraf, dan pembuluh darah dalam jaringan parut. Ini disebabkan oleh
oedema atau perdarahan yang menekan otot, saraf, dan pembuluh darah. Selain itu
karena tekanan dari luar seperti gips dan embebatan yang terlalu kuat.
c)
Fat Embolism Syndrom
Fat
Embolism Syndrom (FES) adalah komplikasi serius yang sering terjadi pada kasus
fraktur tulang panjang. FES terjadi
karena sel-sel lemak yang dihasilkan bone marrow kuning masuk ke aliran darah
dan menyebabkan tingkat oksigen dalam darah rendah yang ditandai dengan
gangguan pernafasan, tachykardi, hypertensi, tachypnea, demam.
d)
Infeksi
System
pertahanan tubuh rusak bila ada trauma pada jaringan. Pada trauma orthopedic
infeksi dimulai pada kulit (superficial) dan masuk ke dalam. Ini biasanya
terjadi pada kasus fraktur terbuka, tapi bisa juga karena penggunaan bahan lain
dalam pembedahan seperti pin dan plat.
e)
Avaskuler Nekrosis
Avaskuler
Nekrosis (AVN) terjadi karena aliran darah ke tulang rusak atau terganggu yang
bisa menyebabkan nekrosis tulang dan
diawali dengan adanya Volkman’s Ischemia.
f)
Shock
Shock
terjadi karena kehilangan banyak darah dan meningkatnya permeabilitas kapiler
yang bisa menyebabkan menurunnya oksigenasi. Ini biasanya terjadi pada fraktur.
2) Komplikasi
Dalam Waktu Lama
a)
Delayed Union
Delayed
Union merupakan kegagalan fraktur berkonsolidasi sesuai dengan waktu yang
dibutuhkan tulang untuk menyambung. Ini disebabkan karenn\a penurunan supai
darah ke tulang.
b)
Nonunion
Nonunion
merupakan kegagalan fraktur berkkonsolidasi dan memproduksi sambungan yang
lengkap, kuat, dan stabil setelah 6-9 bulan. Nonunion ditandai dengan adanya
pergerakan yang berlebih pada sisi fraktur yang membentuk sendi palsu atau
pseudoarthrosis. Ini juga disebabkan karena aliran darah yang kurang.
c)
Malunion
Malunion
merupakan penyembuhan tulang ditandai dengan meningkatnya tingkat kekuatan dan
perubahan bentuk (deformitas). Malunion dilakukan dengan pembedahan dan
reimobilisasi yang baik. (Black, J.M, et al, 1993)
6. PEMERIKSAAN PENUNJANG
Pada
pasien fraktur menurut Doenges (2000:762) adalah sebagai berikut :
1) Pemeriksaan
Rontgen
Untuk menentukan lokasi atau
luasnya fraktur .
2) CT
Scan
Untuk memperlihatkan fraktur juga
dapat digunakan untuk mengidentifikasi kerusakan jaringan lunak .
3) Pemeriksaan
Laboratorium
a) Hb
mungkin meningkat atau juga dapat menurun (pendarahan )
b) Leukosit
meningkat sebagai respon stress.
c) Kreatinin
, trauma meningkat beban kreatinin untuk klien ginjal.
4) Arteriogram
,
Dilakukan bila
kerusakan vaskuler dicurigai .
7.
PENATALAKSANAAN
Bila
pembengkakan tak hebat, dapat dicoba reposisi dalam narkosis umum. Setelah
tereposisi, posisi siku dibuat fleksi
secara perlahan – lahan . Gerakan fleksi diteruskan sampai arteri radialis
mulai tak teraba. Kemudian siku
diekstensikan sedikit untuk memastikan arteri radialis teraba lagi . Dalam
posisi fleksi maksimal ini dilakukan imobilisasi dengan gips spalk (foreslab ).
Pascareposisi harus juga diperiksa denyut arteri radialis untuk menghindarkan
terjadi komplikasi iskemia Volksmann. (Kapita Selekta Kedokteran ,jilid 2 )
8.
DIAGNOSA KEPERAWATAN
1. nyeri
berhubungan dengan gerakan fragmen tulang, edema dan cedera pada jaringan lunak.
2. Intoleransi aktifitas berhubungan dengan kerusakan rangka neuromuskuler : nyeri/ketidaknyamanan.
3. Resiko tinggi infeksi berhubungan dengan cedera tusuk, fraktur terbuka atau bedah perbaikan, pemasangan traksi pen, kawat, skrup, plat.
2. Intoleransi aktifitas berhubungan dengan kerusakan rangka neuromuskuler : nyeri/ketidaknyamanan.
3. Resiko tinggi infeksi berhubungan dengan cedera tusuk, fraktur terbuka atau bedah perbaikan, pemasangan traksi pen, kawat, skrup, plat.
9. INTERVENSI DAN RASIONAL
1. Dx 2 nyeri
berhubungan dengan gerakan fragmen tulang, edema dan cedera pada jaringan
lunak.
a) . Hindari penggunaan
sprei/bantal plastik di bawah ekstremitas dalam gips.
R/ Dapat meningkatkan ketidaknyamanan
karena peningkatan produksi panas dalam gips yang kering.
b) Evaluasi keluhan nyeri/
ketidaknyamanan, perhatikan lokasi dan karekteristik, termasuk intensitas
(skala 0-10). Perhatikan petunjuk nyeri
nonverbal (perubahan pada tanda vital dan emosi/perilaku).
R/ Mempengaruhi pilihan/pengawasan keefektifan intervensi. Tingkat ansietas dapat mempengaruhi persepsi/reaksi terhadap nyeri.
c). Dorong pasien untuk mendiskusikan masalah sehubungan dengan cedera.
R/ Mempengaruhi pilihan/pengawasan keefektifan intervensi. Tingkat ansietas dapat mempengaruhi persepsi/reaksi terhadap nyeri.
c). Dorong pasien untuk mendiskusikan masalah sehubungan dengan cedera.
R/ Membantu untuk menghilangkan ansietas. /Pasien dapat merasakan
kebutuhan untuk menghilangkan pengalaman kecelakaan.
d). Dorong menggunakan teknik
manajemen stress, contoh relaksasi progressif, latihan nafas dalam, imanjinasi
visualisasi, sentuhan terapeutik.
R/ Memfokuskan kembali perhatian, meningkatkan rasa kontrol dan dapat
meningkatkan kemampuan koping dalam manajemen nyeri yang mungkin mentap untuk
periode lebih lama.
e) Kolaborasi dengan tim dokter
dalam pemberian terapi
R/ untuk mempercepat proses penyembuhan
2.Dx 2. Intoleransi aktifitas berhubungan dengan kerusakan rangka neuromuskuler
: nyeri/ketidaknyamanan.
a). Kaji derajat imobilitas yang
dihasilkan oleh cedera/pengobatan dan perhatikan persepsi pasien terhadap
imbolisasi.
R/ Pasien mungkin dibatasi oleh pandangan diri/persepsi diri tentang
keterbatasan fisik aktual, memerlukan informasi/intervensi untuk meningkatkan
kemajuan kesehatan.
b). Dorong partisipasi pada
aktivitas terapeutik/rekreasi. Pertahankan rangsang lingkungan contoh radio,
TV, koran, barang milik pribadi/likisan, jam, kalender, kunjungan
keluarga/teman
.R/ Memberikan kesempatan untuk mengeluarkan energi, memfokuskan kembali
perhatian, meningkatkan rasa kontrol diri/harga diri, dan membantu menurunkan
isolasi sosial.
c). Instruksikan pasien
untuk/bantu dalam rentang gerak pasien/aktif pada ekstremitas yang sakit dan
yang tak sakit.
R/Meningkatkan aliran darah ke otot dan tulang untuk meningkatkan tonus
otot, mempertahankan gerak sendi : mencegah kontraktur/atrofi, dan resorpsi
kalsium karena tidak digunakan
3. Dx 5 Resiko tinggi infeksi berhubungan
dengan cedera tusuk, fraktur terbuka atau
bedah perbaikan, pemasangan traksi pen, kawat, skrup, plat
a) . Kaji kulit untuk luka
terbuka, benda asing, kemerahan, perdarahan, perubahan warna, kelabu, memutih
.
R/Memberikan informasi tentang
sirkulasi kulit dan masalah yang mungkin disebabkan oleh alat dan atau
pemasangan gips/bebat atau traksi atau pembentukan edema yang membutuhkan
intervensi medik lanjut.
b). Masase kulit dan penonjolan
tulang. Pertahankan tempat tidur kering dan bebas kerutan. Tempatkan bantalan
air/bantalan lain bawah siku/tumit sesuai indikasi.
R/ Menurunkan tekanan pada area yang peka
dan risiko abrasi/kerusakan kulit.
c). Ubah posisi dengan sering. Dorong penggunaan trapeze bila mungkin. Mengurangi tekanan konstan pada area yang sama dan meminimalkan risiko kerusakan kulit
.R/ Penggunaan trapeze dapat menurunkan abrasi pada siku/tumit.
.
DAFTAR PUSTAKA
Carpenito, Lynda Juall, Rencana
Asuhan dan Dokumentasi Keperawatan, EGC, Jakarta, 1999.
Dudley, Hugh AF, Ilmu Bedah Gawat
Darurat, Edisi II, FKUGM, 1986.
Departemen Kesehatan Republik Indonesia,
Sistem Kesehatan Nasional, Jakarta, 1991.
Henderson, M.A, Ilmu Bedah untuk
Perawat, Yayasan Essentia Medika, Yogyakarta, 1992.
Mansjoer, Arif, et al, Kapita Selekta
Kedokteran, Jilid II, Medika Aesculapius FKUI, Jakarta, 2000.
Oswari, E, Bedah dan Perawatannya,
PT Gramedia Pustaka Utama, Jakarta, 1993.
ASUHAN KEPERAWATAN
PADA KLIEN DENGAN KASUS
FRAKTUR HUMERUS
DI RSUD dr. ISKAK
TULUNGAGUNG
FORMAT PENGKAJIAN
662264
|
DATA
IDENTITAS SOSIAL PASIEN
Nama Lengkap (Nama sendiri)
|
Sex
|
Umur /Tgl lahir
|
|||
Ny Anggita
|
|
P
|
35 thn /1979
|
||
Alamat Pasien (Menurut KTP/SIM)
|
|||||
No. KTP/SIM : 36040694099400
Jln/Dsn :Mulyorejo
Kel/Desa :Mulyosari
Kec. : Pagerwojo
Kodya/Kab. :Tulungagung
|
|||||
Agama
|
Suku
|
Bangsa
|
Kasus Polisi
|
||
Islam
|
Jawa
|
Indonesia
|
-
-
|
||
Status Perkawinan
|
Jenis Pembayaran
|
Pendidikan
|
Pekerjaan
|
||
Kawin
|
Sendiri
|
SMA
|
Wiraswasta
|
||
Cara Datang
|
Transportasi ke IRD
|
Komunikasi
|
|||
Rujukan dari puskesmas pagerwojo
|
|
Menggunakan ambulance puskesmas
pagerwojo
|
Baik
|
||
Kejadian tgl : 24-02-2014 Jam : 08.30 WIB Di : Pertigaan menuju waduk wonorejo
|
|||||
Datang di IRD tgl : 24-02-2014 Jam : 09.00 WIB
|
|||||
Keadaan Pra Hospitalisasi : GCS :3-4-5……Tensi
120/70… mmHg, Nadi : 86 x/mnt
Pernafasan : 22. x/mnt, Suhu : 36,4. °C
Trakeostomi NGT Bidai Pipa
oro/naso
O2 Obat Kateter Suetion Pharingial
Dll…………….
Urine
|
|||||
TRIAGE : Jam 09.00WIB oleh perawat
Keluhan Utama
Px mengatakan nyeri hebat di lengan
atas dan tidak bisa digerakan .
|
S.ax
: 36’5 °C
S.rec : …………… °C
|
N : 84 x/mnt
T : 110/80 . mmHg
|
|||
P : 22. x/mnt
|
(Pediatri)
BB : 56.Kg
|
||||
Riwayat Penyakit :
-
DM
-
PJK - Dll
-
Asma - Tidak ada
|
|||||
Riwayat Alergi :
|
P1 P3 PO
|
||||
Keadaan Umum ; (Obyektif) :
|
|||||
-
|
Pernafasan : (B)
Gerak
dada
Simetris
Pernafasan : (B)
-
Normal
-
|
Sirkulasi : (C)
N.Carotis :………./mnt
N.Radial :………./mnt
Kulit Muskulo :
-
Normal
-
Berkeringat
-
Akral…hangat
|
GCS :
R.Mata : 3
R.Verval : 4
R.Motorik : 5
Total : 12
|
Pemeriksaan Fisik (Assasment)
Keterangan
|
|||
Jam :
|
Pemeriksaan : Lab / Foto / ECG / Lain
– lain
|
||
Diagnosa : …fraktur humerus 1/3 distal…………………………………………….
|
|||
Jam
08.30
|
Terapi / Tindakan / Konsul
Infuse Ns 20 tts/ MNT
Inj . Antrain Ranitidine
Antibiotik IV/topikal.
Inj. Ceftri
Inj , ketorolac
|
Jawaban / catatan
1 ampul
5 cc
2x1 mg
2x1 mg
|
|
Jam keluar IRD : 10.00
|
|||
KRS PP D
operasi Pindah ke bag …….. Lain – lain ……….
|
|||
Tanggal
Nama Perawat :
MAYA INTAN A
|
Tanda Tangan
|
DAFTAR DIAGNOSA KEPERAWATAN
Nama Pasien : …Ny.A Umur : …35 thn No. Register : …662264
NO
|
TANGGAL
MUNCUL
|
DIAGNOSA
KEPERAWATAN
|
TANGGAL
TERATASI
|
TTD
|
1
2
|
24/02/2014
24/02/2014
|
Nyeri b/d gerakan fragmen tulang,
edema dan cedera pada jaringan lunak.
Ds : Px mengatakan nyeri hebat di
lengan atas bag. Kanan.
Do: K/u cukup
Skala nyeri 5
Ekspresi menyeringai
Mukosa bibir kering
TTV : TD 110/70 mmHg
N: 86/mnt, S:36’5,RR :20
x/,mnt
Intoleransi aktifitas b/d perubahan
Jaringan sekitar .
Ds: Px mengatakan tidak dapat
menggerakan tangan kanannya
Do : k/u cukup
Skala aktifitas 2
Kekuatan otot 1
5
GCS 3-4-5 5 5
|
|
|
ANALISA DATA
Nama Pasien : Ny. A
Umur :35
thn
No. Register : 662264
KELOMPOK
DATA
|
KEMUNGKINAN
PENYEBAB
|
MASALAH
|
1.
Nyeri b/d gerakan fragmen tulang, edema dan cedera pada jaringan lunak.
Ds
: Px mengatakan nyeri hebat di lengan atas bagian kanan
Do:
K/u cukup
Skala nyeri 5
Ekspresi menyeringai
Mukosa bibir kering
Terpasang spalek
TTV : TD 110/70 mmHg
N: 86/mnt, S:36’5
RR : 20 x/mnt
2.
Intoleransi aktifitas b/d
perubahan jaringan sekitar
Ds:
Px mengatakan tidak dapat menggerakan tangan kanannya
Do : k/u cukup
GCS : 3-4-5
Skala aktifitas 2
Kekuatan otot 1
5
5 5
|
Trauma langsung
Pendarahan disekitar daerah
patahan(Humeris ) bagian dalam
Kerusakan jaringan lunak
Sel
darah merah dan sel darah putih
terakumulasi
Aliran darah meningkat
Edema
kehilangan fungsi jaringan
nyeri
Fraktur
Diskontiunitas tulang
Perubahan jaringan sekitar
Pergeseran fragmen tulang
Deformitas
gg.
fungsi
|
Nyeri
akut
Intoleransi
aktivitas
|
RENCANA ASUHAN KEPERAWATAN
Nama
pasien : Ny.A Umur : 35 thn No. Register : 662264
DIAGNOSA KEPERAWATAN
|
TUJUAN
|
KRITERIA STANDART
|
RENCANA TINDAKAN
|
RASIONAL
|
TTD
|
Nyeri b/d gerakan fragmen tulang, edema dan cedera pada jaringan
lunak.
Ds
: Px mengatakan nyeri hebat di lengan atas bag. Kanan.
Do: K/u cukup
Skala nyeri 5
Ekspresi menyeringai
Mukosa bibir kering
Terpasang spalek
TTV : TD 110/70 mmHg
N: 86/mnt, S:36’5
RR : 20 x/mnt
Intoleransi aktifitas
b/d perubahan
Jaringan sekitar .
Ds: Px mengatakan
tidak dapat menggerakan tangan kanannya
Do : k/u cukup
Skala aktifitas 2
Kekuatan otot 1
5
GCS 3-4-5 5 5
|
Setelah
dilakukan tind.kep nyeri berkurang .
Setelah
dilakukan tind . kep px mampu melakukan aktifitas ringan
|
-k/u
baik
-skala
nyeri 3-0
-
px mampu tenang dan istirahat.
-k/u
baik
-bisa
melakukan aktivitas ringan tanpa bantuan.
-kekuatan
otot
5
5
5
5
|
1.BHSP
2.
Kaji skala nyeri
3.
Obs. TTV
4.
Ajarkan teknik ditraksi relaksasi
5.
kolaborasi dengan tim medis dalam pemberian terapi.
Tx:
Antrain ranitidine 1 ampul
Ketorolac
2x1 mg
1.
Motivasi px agar tetap melakukan mobilisasi .
2.
Memasang spalek
3.
kolaborasi dengan tim medis lain
|
1.
Agar terjalin hubungan saling percaya antar px dgn perawat.
2.
untuk mengetahui skala nyeri px & keefektifan terapi .
3.
untuk mengetahui keadaan px
4.
untuk mengurangi rasa nyeri .
5.
Mempercepat proses penyembuhan
1.
agar tidak terjadi dekubitus pada jar.
sekitar
2.
agar px tetap mobilisasi tapi tidak memperparah fraktur.
3.
mempercepat proses penyembuhan
|
|
TINDAKAN KEPERAWATAN CATATAN PERKEMBANGAN
Nama Pasien :
Ny.A Umur : 35 thn
No. Register : 662264………………Kasus : Fraktur Humerus 1/3 distal
NO
|
NO. DX
|
TANGGAL/
JAM
|
IMPLEMENTASI
|
TTD
|
TANGGAL/
JAM
|
E V A L U A S I
|
TTD
|
1
2
|
1
2
|
24/02/2014
08.30
08. 45
08.30
|
BHSP
Menanyakan pada px mengenai tingkat nyeri
yang dirasakan.
Obs. TTV
TD : 110/70mmHg, N: 82x/mnt , S: 36’4,
RR: 18 x/mnt
Mengajari teknik distraksi relaksasi
Inj. Ceftri 2x1 mg
Inj. Antrain ranitidine 1 amp
Inj. Ketorolac 2x1 mg
Memotivasi agar px tetap mobilisasi ,
Memasang spalek
|
|
24/02/2014
09.45
09.45
|
S: px mengatakan nyeri mulai berkurang
O: k/u cukup
TD : 110/80 mmHg,
N: 84, S: 36’5 , RR:18
Skala nyeri 3
A : nyeri
P : Intervensi dilanjutkan
(1-5)
S: px masih sulit untuk
Melakukan aktivitas ringan.
O: k/u cukup
TD : 110/80 mmHg,
N: 84, S: 36’5 , RR:18
A: Intoleransi aktivitas
P : Intervensi dilanjutkan.
(1-3)
|
|
Tidak ada komentar:
Posting Komentar