LAPORAN
PENDAHULUAN
PADA PASIEN DENGAN KASUS “DIABETES MELLITUS KRITIS” DI RUANG IGD RSUD
dr. ISKAK TULUNGAGUNG
I.
Definisi
Diabetus
Melitus adalah gangguan metabolisme karbohidrat, protein, lemak secara kronis
yng disebabkan oleh kekurangan insulin, akut / kronis.
Diabetus
Melitus adalah keadaan hiperglikemi kronik yang disertai berbagai kelainan
metabolik akibat gangguan hormonal yang menimbulkan berbagai komplikasi kronik
pada mata, ginjal, syaraf, dan pembuluh darah. (Mansjoer dkk, 1999).
Diabetus Melitus adalah suatu sindroma
gangguan metabolisme dengan hiperglikemi yang tidak semestinya sebagai akibat
suatu defisiensi sekresi insulin atau berkurangnya efektifitas biologis dari
insulin atau keduanya (Francis dan John 2000 ).
II.
Etiologi
a.
Diabetes
Melitus tergantung insulin ( DMTI ), karena faktor :
Ø Faktor genetik : penderita diabetes tidak mewarisi diabetes tipe I,
teapi mewarisi suatu presdisposisi atau kecenderungan genetik kearah terjadinya
diabetes I. Kecenderungan genetik ini ditentukan pada individu yang memiliki
tipe anti gen HLA ( Human Leucocyte Antigen)
tertentu. HLA merupakan kumpulan gen yang bertanggung jawab atas anti
gen transplantasi dan proses imun lainnya.
Ø Faktor imunologi : pada diabetes tipe I terdapat bukti adanya suatu
respon autimun. Ini merupakan respon abnormal dimana antibodi terarah pada
jaringan normal tubuh dengan cara bereaksi terhadap jaringan tersebut yang
dianggapnya seolah-olah sebagai jaringan asing.
Ø Faktor Lingkungan : faktor eksternal yang dapat memicu destruksi
sel B pankreas sebagai contoh jasil penyelidikan menyatakan bahwa virus atau
toksin tertentu dapat memicu proses autimun yang dapat menimbulkan destuksi sel
B pankreas.
b.
Diabetus
Melitus tak tergantung insulin ( DMTTI)
Ø Diabetes melitus ini ditandai dengan kelainan dalam sekresi insulin
maupun dalam kerja insulin.pada pasien dengan diabetes ini terdapat kelainan
dalam pengikatan insulin dan reseptor. Hal ini disebabkan oleh berkurangnya
jumlah tempat reseptor yang responsif insulin dengan sistem transport glukosa. Kadar
glukosa normal dapat dipertahankan dalam waktu yang cukup lama dan meningkatkan
sekresi insulin, tetapi pada akhirnya sekresi insulin yang beredar tidak lagi
memadai untuk mempertahankan euglikemia. ( Price, 1995 ).
Ø Pada DM tipe II bisa disebut
juga diabetes melitus tidak tergantung insulin yang merupakan diebetes ringan,
terutama dijumpai pada orang dewasa, tetapi kadang juga bisa timbul pada masa
kanak – kanak.
Ø Faktor resiko yang berhubungan dengan proses terjadinya DM tipe II,
diantaranya adalah :
1.
Usaha
( retensi insulin cenderung meningkat pada usia 65 tahun )
2.
Obesitas
3.
Riwayat
keluarga
4.
Kelompok
etnik
c.
DM
tipe lain : Malnutrisi ( kekurangan gizi, kelebihan konsumsi karbohidrat )
Penyakit : Pancreatitis, trauma pada pancreas, gangguan pembuluh
darah pankreas.
III.
Patofisiologi.
Heriditer/autoimun Obesitas
Anoantibodi sel B penurunan
jumlah aseptor insulin dalam sel
target / resistensi
Destruksi sel B kerja
insulin tidak efekif
Insulin
Gangguan metabolisme lemak dan
protein
penurunan penggunaan glukosa oleh sel
hipoglikemi/hiperglikemi “ ketidak seimbangan
glukosa dalam darah”
“
Terjadi Syok” (Pasien Bisa Tidak Sadar )
Glikosuria
osmotik deurisis
“ ketidak seimbangan elektrolit” penurunan kesadaran
meningkat lifosis Ketidak efektifan perfusi/kejang
oksidasi asam lemak “ pola
nafas tak efektif ”
keton emia Dehidras
i
osidosis metabolik Hemokonsentrasi
mual , muntah Trombosit
anorexsia aterosklerosis
“keseimbangan
intake makanan dan kebutuhan”
Hipoglikemi / hiperglikemi
Trias gejala
Sel makan glukosa
darah kurang
darah
Sel kelaparan Melewati ambang
rearbsorbsi ginjal Peningkatan tekanan osmotik
Respon Deurusis osmotik Dehidrasi
sel
Nafsu makan meningkat poliuri nafsu
makan menurun
Polifagi polidipsi
“resiko kekurangan volume cairan “
Infeksi
mikrovaskuler
makrovaskuler
retina resiko sepsis penurunan
vaskularisasi
retinopati diabetik iskemik
kebutuhan ketidak
efektifan perfusi / asing
resiko cedera ulkus ( kerusakan integritas kulit )
respon nyeri
kelemahan otot
aktifitas terganggu
“ defisit perawatan
diri “
IV.
Gejala
/ Manifestasi Klinis
a.
Menurut
Askandar 1998, dapat dikatakan menderita diabetes melitus apabila menderita 2
dari 3 gejala yaitu :
Ø Keluhan TRIAS( banyak minum, banyak kencing dan penurunan
berat badan )
Ø Kadar glukosa darah pada waktu puasa lebih dari 120 Mg/dl
Ø Kadar glukosa darah 2jam sesudah makan lebih dari 200 Mg/dl
b.
Menurut
Waspadji 1996, keluhan yang sering terjadi pada penderita diabetes melitus :
Ø Poliuria ( sering kencing )
Ø Polidipsia ( sering minum )
Ø Polifagia ( sering makan )
Ø B menurun
Ø Lemah
Ø Kesemutan
Ø Gatal visus menurun
Ø Bisul/luka
Ø Keputihan
V.
Komplikasi
Menurut
Mansjoer dkk 1999, yaitu :
a.
Akut
Ø Hipoglikemia dan hiperglikemia
Ø Penyakit macrofaskuler : mengenai pembuluh darah besar, penyakit
jantung koroner ( cerebrovaskuler, penyakit pembuluh darah kapiler )
Ø Penyakit microvaskuler : mengenai pembuluh darah kecil, retinopati,
nefropati.
Ø Neuropati saraf sensorik ( berpengaruh pada ekstermitas ), saraf
otonom berpengaruh pada gastro intestinal, kardiovaskuler . ( Menurut Suddarth
and Brunner, 1990 )
b.
Komplikasi
menahun diabetes melitus :
Ø Neuropati diabetik
Ø Retinipati diabetik
Ø Nefropati diabetik
Ø Proteinuria
Ø Kelainan koroner
Ø Ulkus/ ganggren ( Soeparman, 1987 hal 377 )
Terdapat 5 grade ulkus diabetikum antara lain :
a.
Grade
0 : tidak ada luka
b.
Grade
I : kerusakan hanya sampai pada permukaan kulit
c.
Grade
II : Kerusakan kulit mencapai kulit dn tulang
d.
Grade
III : terjadi abses
e.
Grade
IV : Gangren pada kaki bagian distal
f.
Grade
V : Gangren pada seluruh kaki dan tungkai bawah distal.
VI.
Pemeriksaan
Penunjang
1.
Glukosa
darah sewaktu
2.
Kadar
glukosa darah puasa
3.
Tes
toleransi glukosa
Kadar glukosa
darah sewaktu dan puasa sebagai patokan penyaring diagnosis DM ( ml/dl)
Kadar glukosa
darah sewaktu :
Ø Plasma Vena
Ø Darah Kapiler
Kadar glukosa darah puasa :
Ø Plasma vena
Ø Darah Kapiler
Kriteria diagnostik WHO untuk diabetes melitus pada sedikitnya 2
kali pemeriksaan :
Ø Glukosa plasma sewaktu > 200 mg/dl ( 11,1 mmol/L )
Ø Glukosa Plasma puasa > 140 mg/dl ( 7,8 mmol/L )
Ø Glukosa plasma dari sampel yang diambil 2 jam kemudian sesudah
mengkonsumsi 75 gr karbohidrat ( 2 jam post prandial cpp ) >200mg/dl
Ø Urin :
1. Gula dan aseton ( naik )
2.
osmolaritas mungkin ( naik )
VII. Pengkajian Fokus
Ø Kaji penampilan dari pasien
Ø Kaji TTV ( Tanda-tanda vital ) dari pasien
Ø Pemeriksaan fisik pada pasien yang mencangkup :
Inspeksi :
keadaan turgor kulit, adakah odem,
Palpasi : raba kulit pasien apakah ada perubahan
atau tidak , mengkerut atau tidak
Perkusi : perkusi bagian yang berhubungan atau
memicu reflek pasien, apakah pasien mampu merangsang atau tidak, lemas atau
tidak
Auskultasi :
daerah yang berhubungan dengan penyakit pasien, dengarkan apakah jantung psien
berdebar kencang atau tidak, karena pada penderita DM yang hipoglikemia
mempunyai tanda jantung berdebar kencang
Ø Selain itu juga ukur berat badan pasien , apakah berat badan
menurun atau naik.
VIII.
Penatalaksanaan
1.
Melakukan
Penyuluhan
Penyuluhan
ini bertujuan untuk menunjang perubahan perilaku /pasien penderita DM untuk meningkatkan pemahaman pasien akan
penyakitnya, yang digunakan untuk mencapai keadaan sehat, optimal, dan
penyesuaian psikologis serta keadaan hidup yang lebih baik.
2.
Perencanaan
makan yang baik
Penggunakan
bahan makanan atau minuman seperti penggunaan gula murni tidak dianjurkan untuk
dikonsumsi, batasi makanan yang berlemak, banyak mengkonsumsi banyak sayur,
serta buah-buahan. Segala macam buah boleh dimakan namun dalam jumlah atau
takaran yang telah ditentukan. Makan teratur sesuai jumlah dan takaran menurut
pembagian makanan yang telah ditentukan oleh konsultan gizi atau ahli gizi,
bisa juga anjuran dari dokter atau medis.
3.
Melakukan
Diit
Pedoman
3J Diit diabetes :
Ø J1 : jumlah kalori yang diberikan harus habis
Ø J2 : Jadwal diit harus diikuti sesuai dengan intervalnya
Ø J3 : Jenis makanan manis harus dihindari
Diit B
Terdiri dari 68
% KH, 12% protein,20 % lemak
Diit B
mengandung banyak serat dan rendah kolesterol yang diberikan kepada penderita:
a.
Tidak
tahan lapar dengan diitnya
b.
Kadar
kolesterol
c.
Mempunyai
komplikasi penyempitan pembuluh darah
d.
Telah
mempunyai komplikasi ginjal
e.
Penderita
lebih > 15 tahun
Diit B1
Terdiri dari 60 % teh, 20 % protein, 20 % lemak
Diit B2
Kompisisi sama dengan diit B bedanya
hanya tinggi asam amino esensial, tinggi kalori 2100-2300 kal/hari
4.
Melakukan
latihan fisik atau olahraga
Melakukan
olahraga secara teratur 3-4x/minggu selam ½ jam yang sifatnya CRIFE
5.
Mengkonsumsi
obat yang elah diberikan oleh dokter
Ø Obat-obatan Hipoglikemik oral ( OHO )
Ø Golongan Sulfaniura
Ø Golongan bigunis
Ø Alfa Glukosidae inhibitor
Ø Insulin sensitizing ager
Ø Insulin ( dilakukan secara injeksi )
6.
Rawat
luka
Rawat luka ini
dilakukan secara rutin pada penderita Diabetes Melitus yang terdapat ulkusnya
pada daerah tertentu, biasanya pada kaki.
IX.
Diagnosa
Keperawatan
1.
Gangguan
pemenuhan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan intake makanan
yang berkurang
2.
Gangguan
perkusi jaringan berhubungan dengan melemahnya atau menurunnya aliran darah ke
daerah gangren akibat adanya obstrusi aliran darah
3.
Gangguan
keseimbangan cairan berhubungan dengan dieresis osmotik
4.
Resiko
terjadinya gangguan integritas jaringan berhubungan dengan adanya gangren pada
ekstemitas
5.
Gangguan
pemenuhan mobilitasi berhubungan dengan rasa nyeri pada luka
X.
Intervensi
Diagnosa 1.
Tujuan :
Kebutuhan nutrisi dapat terpenuhi
Kruterria Hasil :
Ø BB dan TB ideal
Ø Pasien mematuhi dietnya
Ø Kadar gula darah dalam batas normal
Ø Tidak ada tanda-tanda hiperglikemia atau hipoglikemia
Inervensinya :
1.
Kaji
status nutrisi dan kebiasaan makan
Rasionalnya :
untuk mengetahui tentang keadaan dan kebutuhan nutrisi pasien sehingga dapat
diberikan tindakan dan pengaturan diet yang adekuat
2.
Anjurkan
pasien untuk mematuhi diet yang telah diprogramkan
Rasionalnya :
kepatuhan terhadap diet dapat mencegah komplikasi terjadinya hipoglikemia /
hiperglikemia
3.
Timbang
berat badan setiap seminggu sekali
Rasionalnya :
mengetahui prkembangan berat badan pasien
4.
Identifikasi
perubahan pola makan
Rasionalnya :
mengetehui apakah pasien telah melaksanakan program diet yang telah ditetapkan
5.
Kerja
sama dengan tim kesehatan lain untuk pemberian insulin dan diet diabetik
Rasionalnya :
pemberian insulin akan meningkatkan pemasukan glukosa kedalam jaringan sehingga
gula darah menurun, pemberian diet yang sesuai dapat mempercepat penurunan gula
darah dan mencegah komplikasi.
Diagnosa
2.
Tujuan
: kebutuhan cairan dapat terpenuhi
Kriteria
Hasil :
Ø Nadi perifer dapat diraba
Ø Turgor kulit dan pengisian kapiler baik
Ø Kadar elektrolit dalam batasan normal
Intervensi :
1.
Pantau
masukan dan pengeluaran, catat berat jenis urine.
Rasionalnya : memberikan perkiraan kebutuhan akan cairan pengganti,
fungsi ginjal dan keefektifan dari terapi yang diberikan.
2.
Ukur
berat badan setiap
Rasionalnya : memberikan hasil pengkajian yang terbaik dari status
cairan yang sedang berlangsung dan selanjutnya dalam memberikan cairan
pengganti.
3.
Pertahankan
untuk memberikan cairan paling sedikit 2500ml / hari, dalam batas yang dapat
ditoleransi jantung jika pemasukan cairan melalui oral sudah dapat diberikan.
Rasionalnya : mempertahankan dehidrasi / volume sirkulasi
Diagnosa 3.
Tujuan mempertahankan sirkulasi perifer tetap normal
Kriteria Hasil :
Ø Denyut nadi perifer teraba kuat dan reguler
Ø Warna kulit sekitar luka tidak pucat / sianosis
Ø Kulit sekitar luka teraba hangat
Ø Oedema tidak terjadi dan luka tidak bertambah parah
Ø Sensorik dan motorik membaik
Intervensi
:
1.
Ajarkan
Px untuk melakukan mobilisasi
Rasionalnya : dengan mobilisasi, dapat meningkatkan sirkulasi darah
2.
Ajrkan
tentang faktor yang dapat meningkatkan aliran darah
Rasionalnya : meningkatkan lancarnya aliran darah balik sehingga
tidak terjadi oedema
3.
Kerja
sama dengan tim kesehatan lain dalam pemberian vasodilator, pemerikasaan gula
darah secara rutin dan terapi oksigen ( HBO )
Rasonalnya : pemberian vasodilator akan meningkatkan dilatasi
pembuluh darah sehingga perfusi jaringan dapat diperbaiki, pemerikasaan gula
darah secara rutin dapat mengetahui perkembangan dan keadaan pasien, HBB untuk
memperbaiki oksigen daerah ulkus / gangren.
Diagnosa 4.
Tujuan : tercapainya proses penyembuhan luka
Kriteria hasil :
Ø Berkurangnya oedema sekitar luka
Ø Pus dan jaringan berkurang
Ø Adanya jaringan yang granulasi
Ø Bau busuk luka berkurang
Intervensi
:
1.
Kaji
luas dan keadaan luka serta proses penyembuhan
Rasionalnya : pengkajian tempat luka dan membantu untuk tindakan
penyembuhan selanjutnya.
2.
Rawat
luka dengan baik dan benar
Rasionalnya : merawat luka dengan teknik aseptik dapat menjaga
kontaminasi luka.
3.
Kolaborasi
dengan dokter untuk pemberian insulin
Rasionalnya : agar pemberian insulin dengan benar dapat terpenuhi
Diagnosa
5.
Tujuan
: pasien dapat mencapai tingkat kemampuan aktifitas yang optimal
Kriteria
hasil :
Ø Pergerakan pasien bertambah luas
Ø Pasien dapat melakukan aktivitas sesuai kemampuan
Ø Rasa nyeri yang dirasakan pasien dapat berkurang
Intervensi
:
1.
Kaji
dan identifikasi tingkat kekuatan otot pada kaki pasien
Rasionalnya : untuk mengetahui derajat kekuatan otot pada kaki
pasien.
2.
Beri
penjelasan tentang pentingnya melakukan aktivitas untuk menjaga kadar gula
darah dalam keadaan normal
Rasionalnya : pasien mengerti pentingnya aktifitas sehingga dapat
kooperatif dalam tindakan keperawatan
3.
Bantu
pasien dalam memenuhi kebutuhannya.
Rasionalnya : agar pasien dapat terpenuhi kebutuhannya.
4.
Kolaborasi
dengan tim medis lainnya, dalam pemberian analgesik
Rasionalnya : analgesik dapat membantu mengurangi rasa nyeri.
XI.
Daftar
Pustaka.
Brunner, Lilian
et al. 1986. Manual of Nursing Praktice. Philadelpia : J. B. Lipincott.
Phipps et al.
1999. Medical.-Surgical Nursing Concepts and Clinical Praktice. Missouri: Mosby
Inc.
Marelli T.M ,
Buku Saku Dokumentasi Keperawatan edisi 3, Jakarta: EGC, 2007
ASUHAN KEPERAWATAN
PADA KASUS “DIABETES MELITUS KRITIS”
DI RUANG IGD RSUD dr. ISKAK TULUNGAGUNG
STIKes Hutama Abdi Husada Tulungagung FORMAT PENGKAJIAN
DI INSTALASI GAWAT DARURAT
NO. MR : 660966
DATA IDENTITAS SOSIAL
PASIEN
Nama Lengkap (Nama sendiri)
|
Sex
|
Umur /Tgl lahir
|
|
Ny. S
|
|
Perempuan
|
70 tahun / 2 januari 1944
|
Alamat Pasien (Menurut KTP/SIM)
|
|||
No. KTP/SIM : -
Jln/Dsn : Tawangrejo
Kel/Desa : Tawangrejo
Kec. : Wonodadi
Kodya/Kab. : Blitar
|
|||
Agama
|
Suku
|
Bangsa
|
Kasus Polisi
|
Islam
|
Jawa
|
Indonesia
|
_
|
Status Perkawinan
|
Jenis Pembayaran
|
Pendidikan
|
Pekerjaan
|
Sudah kawin
|
Umum / ditanggung sendiri
|
SMP
|
Ibu rumah tanggga
|
Cara Datang
|
Transportasi ke IRD
|
Komunikasi
|
|
Dibawa oleh keluarganya
|
|
Menggunakan mobil pribadi
|
Pasien tidak bisa berkomunikasi
dengan baik, dikarenakan masih tidak sadarkan diri.
|
Kejadian tgl : 20 Desember 2013 Jam : 07.00 WIB Di : IGD Rumah Sakit dr. Iskak Tulungagung
|
|||
Datang di IRD tgl : 20 Desember 2013 Jam :
09.00 WIB
|
|||
Keadaan Pra Hospitalisasi :
GCS :324 Tensi : 140/90 mmHg, Nadi : 115
x/mnt
Pernafasan :22 x/mnt, Suhu:36 °C
Tindakan Pra Hospital :
RJP : -
Infus : iya Bebat
: - ETT : - Penjahitan: -
Trakeostomi : - NGT : iya Bidai : - Pipa oro/naso: iya
O2 : iya ( masker ) Obat : insulin Kateter : iya Suetion: - Pharingial: -
Dll……………. Urin : volume urin Px cukup banyak (
3oo cc )
|
|||
TRIAGE : Jam09.15 WIB oleh perawat
Keluhan Utama : keluarga Px
mengatakan pagi jam 06.00 WIB, px lemas dan tidak sadarkan diri .
(Subyektif)
|
S.ax : 36 °C
S.rec : - °C
|
N :115 x/mnt
TD : 140/90 mmHg
|
|
P :22 x/mnt
|
(Pediatri)
BB :38 Kg
|
||
Riwayat Penyakit :
-
DM : iya
-
PJK - Dll
-
Asma - Tidak ada
|
|||
Riwayat Alergi : Ya Tidak Lain - lain
|
Kategori Triage :
P1 P2 P3 PO
|
||
Keadaan Umum ; px lemah, pucat , GCS
324 (Obyektif) : Baik Sedang Buruk
|
|||
-
|
Pernafasan : (B)
Gerak dada : tidak terkaji/ normal.
Simetris Asunetris:-
Pernafasan : (B)
-
Normal
-
Retractive
-
Kusmaul
-
Dangkal
-
Trachypnoe
|
Sirkulasi : (C)
N.Carotis : - /mnt
N.Radial : 115/mnt
Kulit Muskulo : kisut
-
Normal
-
Jaundice
-
Cyanosis
-
Pucat
-
Berkeringat
-
Akral: hangat
|
GCS :324
R.Mata : tidak ada respon ( 3 )
R.Verbal : tidak terkaji
( px tidak sadar ) ( 2 )
R.Motorik : tidak terkaji
( px tidak sadar/ tidak bergerak ) ( 4 )
Total :9
|
Pemeriksaan Fisik
(Assasment)
Keterangan : kekuatan otot px adalah 5, 5,5,5 karena Px tidak ada fraktur
|
||
Jam : 09.30
|
Pemeriksaan : Lab /
Foto / ECG / Lain – lain
ü labolatorium
ü ECG : terlampir
|
|
Diagnosa : Diabetes Melitus Kritis
|
||
Jam
10.00 WIB
|
Terapi / Tindakan / Konsul
Terapi :
Insulin
Infus P2 + kcl 1 ampul
14 tpm, Rl 20 tpm
O2 4 lpm
Ca glukonas 4x1 ampul
Impenem 2x1 gr
Chitikolin 2x 250 ml
|
Jawaban / catatan
|
Jam keluar IRD : 12.00 WIB
|
||
Tindakan Lanjut
KRS: - MRS PP:-
D:- Operasi:-
Pindah ke bag : Ruangan HCU Lain – lain : -
|
||
Tanggal : 20 Desember 2013
Nama Perawat : Rahma Rizki P. P
|
Tanda Tangan
Rahma Rizki
P.P
|
ANALISA DATA
Nama Pasien : Ny. S
Umur : 70 tahun
No. Register : 660966
KELOMPOK
DATA
|
MASALAH
|
KEMUNGKINAN
PENYEBAB
|
|||||||||
Ds : -
Do : k/u lemah, pucat
GCS : 324 , konjungtiva dan sklera :
pucat, akral : hangat, CRT : < 2 detik.
TTV :
TD : 140/90mmHg
S : 360 C
N : 115
x/mnt
R :
22 x/mnt
GDA : 161
Ds : -
Do : k/u lemah, pucat
GCS : 324 , konjungtiva dan sklera :
pucat, akral : hangat, CRT : < 2 detik.
TTV :
TD : 140/90mmHg
S : 360 C
N : 115
x/mnt
R :
22 x/mnt
GDA :
161
|
Obesitas / Usia
Penurunan jumlah aseptor insulin dalam sel target / resistensi
Kerja insulin tidak efektif
gangguan metabolisme lemak dan protein
menurun penggunaan glukosa dalam sel
hipoglikemi/hiperglikemi
glicosuria
osmotik deurisis
ketidak seimbangan volume cairan dan elektrolit
kesadaran turun
gangguan metabolisme lemak dan protein
menurun penggunaan glukosa oleh sel
hipoglikemi/hiperglikemi
ketidak seimbangan kadar glukosa dalam darah
terjadi syok
|
Ketidak seimbangan elektrolit.
Ketidak
stabilan kadar stabilan glukosa darah.
|
DAFTAR DIAGNOSA KEPERAWATAN
Nama Pasien : Ny. S
Umur : 70 tahun
No. Register : 660966
NO
|
TANGGAL MUNCUL
|
DIAGNOSA
KEPERAWATAN
|
TANGGAL TERATASI
|
TTD
|
|
20 -12-2013
20 -12-2013
|
Gangguan kekurangan cairan elektrolit yang disebabkan karena BAK sering
yang ditandai dengan :
Ds : -
Do: k/u lemah , lesu, pucat.
GCS : 324 , konjungtiva dan sklera :
pucat, akral : hangat, CRT : < 2 detik.
TTV :
TD : 140/90mmHg
S : 360 C
N : 115
x/mnt
R :
22 x/mnt
GDA : 161
Gangguan ketidak stabilan kadar glukosa darah karena
gangguan metabolisme lemak dan protein menurun penggunaan glukosa oleh sel ,
yang ditandai dengan :
Ds : -
Do : k/u lemah , lesu, pucat.
GCS : 324 , konjungtiva dan sklera :
pucat, akral : hangat, CRT : < 2 detik.
TTV :
TD : 140/90mmHg
S : 360 C
N : 115
x/mnt
R :
22 x/mnt
GDA : 161
BB : menurun
|
|
Rahma Rizki
P.P
Rahma Rizki
P.P
|
RENCANA ASUHAN KEPERAWATAN
Nama pasien :
Ny. S
Umur :
70 tahun
No. Register :
660966
NO
|
DIAGNOSA KEPERAWATAN
|
TUJUAN
|
KRITERIA STANDART
|
RENCANA TINDAKAN
|
RASIONAL
|
TANDA TANGAN
|
|
Gangguan kekurangan cairan elektrolit yang disebabkan karena BAK sering
yang ditandai dengan :
Ds : -
Do: k/u lemah , lesu, pucat.
GCS : 324 , konjungtiva dan sklera :
pucat, akral : hangat, CRT : < 2 detik.
TTV :
TD : 140/90mmHg
S : 360 C
N : 115
x/mnt
R :
22 x/mnt
GDA : 161
Gangguan ketidak stabilan kadar glukosa darah karena
gangguan metabolisme lemak dan protein menurun penggunaan glukosa oleh sel ,
yang ditandai dengan :
Ds : -
Do : k/u lemah , lesu, pucat.
GCS : 324 , konjungtiva dan sklera :
pucat, akral : hangat, CRT : < 2 detik.
TTV :
TD : 140/90mmHg
S : 360 C
N : 115
x/mnt
R :
22 x/mnt
GDA : 161
BB : menurun
|
Tujuan jangka
pendek : setelah tindakan keperawatan
1x24 jam Px sadar dan intake output normal.
Tujuan jangka
panjang :
Tujuan jangka
pendek : setelah tindakan keperawatan
1x24 jam px mual da anorexia teratasi.
Tujuan jangka
panjang :
1.
BB
px normal
2.
Kondisi
klien stabil
3.
Glukosa
dalam darah stabil
|
1.
Px
sadar
2.
Px
mampu melakukan kontraksi aktivitas aktif
3.
Intake
output px normal
4.
Mampu
mobilisasi dengan baik.
5. Kadar glukosa normal
1.
BB
px normal
2.
Kondisi
klien stabil
3.
Glukosa
dalam darah stabil
|
|
1.
Untuk
mengetahui perkembangan px.
2.
Untuk
mengetahui GDA px
3.
Untuk
mengetahui berat badan px
4.
Untuk
pemberian obat dan terapi selanjutnya untuk penyembuhan px.
|
Rahma rizki
P.P
Rahma Rizki
P.P
|
Tidak ada komentar:
Posting Komentar