LEMBAR PENGESAHAN
LAPORAN PENDAHULUAN DAN
ASUHAN KEPERAWATAN
PADA PASIEN DENGAN
KASUS CVA
DI RUANG IGD
RSUD DR ISKAK
TULUNGAGUNG
Oleh :
1.
AKHMAD NUR WAKHID IDRIS NIM : 02.12.001
PRODI DIII
KEPERAWATAN TINGKAT 2A
SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN (STIKes)
“HUTAMA ABDI HUSADA”
Jalan Dr. Wahidin Sudiro Husodo No.1 Telp/Fax : 0355 – 322738 TULUNGAGUNG
SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN (STIKes)
“HUTAMA ABDI HUSADA”
Jalan Dr. Wahidin Sudiro Husodo No.1 Telp/Fax : 0355 – 322738 TULUNGAGUNG
Laporan Pendahuluan
Dan Asuhan Keperawatan
Pada Pasien Dengan Kasus CVA
Di Ruang IGD Rumah Sakit Dr.Iskak
A. Definisi
CVA disebut juga stroke adalah suatu gangguan
neurologis akut, yang disebabkan oleh karena gangguan peredaran darah ke otak
dimana secara mendadak ( dalam beberapa detik ), atau secara cepat ( dalam
beberapa jam ) timbul gejala dan tanda sesuai dengan daerah fokal di otak yang
terganggu ( Chandra, 1997 ).
CVA merupakan gangguan sirkulasi serebral dansebagai
salah satu manifestasi neurologi yang umum dan timbul secara mendadak sebagai
akibat gangguan suplai darah ke otak ( Depkes RI, 1996 ).
B. Etiologi
·
Thrombosis.
·
Embolus.
·
Ruptur dinding pembuluh darah serebral.
·
Penyakit darah vaskuler ( Arteroskeloris,
Aneurisma dan trauma ).
C. Patofisiologi
Emboli thrombosis serebral – bekuan darah
Obstruksi pada otak
Tekanan kapiler dari reduksi aliran
darah meningkat
Odema cerebral
Suplai O2 ke
otak menurun Penekanan pada frontalis Infeksi / cidera jaringan
Hipoksia
serebral syaraf motorik menurun Inflamasi
Odema otak Kelemahan otot Hipotalamus meningkat
Gg perfusi jaringan
serebral Imobilitas Suhu tubuh meningkat
Bedrest Hipertermi
Penekanan pada tubuh
Kerusakan integritas
kulit
G.
H.
I.
J.
D. Klasifikasi CVA
Menurut patologi dan gejala
klinik
1.
Stroke Hemoragik
Perdarahan intraserebral dan mungkin perdarahan
subaraknoid. Disebabkan oleh pecahnya pembuluh darah otak pada daerah otak
tertentu. Biasanya kejadiannya saat melakukan aktivitas atau saat aktif, namun
bisa juga terjadi saat istirahat. Kesadaran pasien umumnya menurun.
2.
Stroke Non Hemoragik.
Dapat berupa iskhemia, emboli dan trombosis serebral.
Biasanya terjadi saat setelah lama beristirahat, baru bangun tidur atau dipagi
hari. Tidak terjadi perdarahan namun terjadi iskhemia yang menimbulkan hipoksia
dan selanjutnya dapat timbul edema sekunder. Kesadaran pasien umumnya baik.
Menurut perjalanan penyakit
atau stadiumnya.
1.
TIA ( Trans Iscemik Attack )
Gangguan
neurologis setempat yang terjadi selama beberapa menit sampai beberapa jam
saja. Gejala yang muncul akan hilang dengan spontan dan sempurna dalam
tempo kurang dari 24 jam.
2.
Stroke Involusi
Stroke yang terjadi masih terus berkembang dimana
gangguan neurologis terlihat semakin berat dan bertambah buruk.
3.
Stroke Komplit
Dimana gangguan neurologis yang timbul sudah menetap
atau permanen. Sesuai istilahnya stroke komplit. Memang dapat diawali oleh
serangan TIA berulang.
E. Manifestasi
Klinis
a.
Kelumpuhan wajah atau anggota badan ( biasanya
hemiparese ) yang timbul mendadak.
b.
Gangguan sensibilitas pada satu atau lebih anggota
badan ( gangguan hemisensorik ).
c.
Perubahan mendadak status mental ( Kontusi, delirium,
letargi, stupor, atau koma ).
d.
Afasia ( bicara tidak lancar, kurangnya ucapan atau
kesulitan memahami ucapan ).
e.
Disartria ( bicara pelo atau cadel ).
f.
Gangguan penglihatan ( hemianopia atau monokuler ) atau
diplopia.
g.
Ataksia ( trunkal atau anggota badan ).
h.
Vertigo, mual dan muntah, atau nyeri kepala.
F. Pemeriksaan Penunjang
·
CT - Scan
·
Angiografi serebral
·
Pungsi lumbal.
·
MRI
·
Ultra Sonografi Doppler
·
EEG
G. Penatalaksanaan
1.
Empat tujuan pengobatan, menyelamatkan jiwa, membatasi
kerusakan otak, mengurangi ketergantungan dan deformitas, mencegah terjadinya
penyakit.
2.
Pertahankan agar jalan nafas selalu bebas, pemberian
cairan elektrolit dan kalori adekuat, hindari ulcus dekubitus.
3.
Larutan urea hipertonik 1 - 1,5 g/kg IV.
4.
Obat antikoagulan dapat dipergunakan pada stroke in -
evolution.
5.
Tirah baring dan penurunan rangsangan eksternal.
H. Diagnosa
Keperawatan
1. Kerusakan mobilitas fisik
Dapat dihubungkan dengan : Keterlibatan neuromuskuler, kelemahan,
parestesia, kerusakan perceptual / kognitif.
Kemungkinan dibuktikan oleh : ketidakmampuan bergerak dengan tujuan dalam
lingkungan fisik, kerusakan koordinasi.
Hasil yang akan
diharapkan / kriteria
evalusi, pasien akan :
-
Mempertahankan posisi optimal dari fungsi yang
dibuktikan oleh tidak adanya kontraktur.
-
Meningkatkan kekuatan dan fungsi bagian tubuh yang
terkena.
-
Mendemonstrasikan perilaku yang memungkinkan melakukan
aktivitas.
-
Mempertahankan integritas kulit.
Intervensi :
1. Observasi tanda - tanda vital.
R : Mengidentifikasi tingkat penyembuhan dan
kekuatan / kelemahan yang dapat memberikan informasi mengenai pemulihan.
2. Ubah posisi minimal setiap 2 jam.
R : Menurunkan
risiko terjadinya trauma / iskemia jaringan ( seperti dekubitus ).
3. Mulailah melakukan latihan rentang gerak
aktif dan pasif pada semua ekstremitas.
R : Meminimalkan atrofi
otot, meningkatkan sirkulasi dan mencegah kontraktur.
4. Tempatkan bantal di bawah aksila.
R : Meningkatkan
sirkulasi, mempertahankan tonus otot dan mencegah atrofi otot dan kontraktur
pada daerah bahu.
5. Bantu pasien dalam melakukan aktivitas.
R : Dapat membantu pasien
dalam memenuhi kebutuhannya secara adekuat.
6. Berikan HE tentang pentingnya latihan
mobilisasi atau latihan rentang gerak aktif dan pasif.
R : Meningkatkan
pemahaman dan memberikan informasi tentang proses pemulihan kekuatan dan
keseimbangan otot.
7. Berikan obat relaksasi otot, antispasmodik
sesuai indikasi.
R : Mungkin diperlukan
untuk menghilangkan spastisitas pada ekstremitas yang terganggu.
2. Komunikasi, kerusakan, verbal dan/atau tertulis
Dapat dihubungkan dengan :
-
Kerusakan
sirkulasi serebral, kerusakan neuromuskuler, kehilangan tonus / kontrol otot,
fasia / oral ; kelemahan / kelelahan umum.
Kemungkinan dibuktikan oleh :
-
Kerusakan artikulasi, tidak dapat bicara ( disartria ).
-
Ketidakmampuan untuk bicara, menemukan dan menyebutkan
kata - kata, mengidentifikasi obyek, ketidakmampuan memahami bahasa tertulis /
ucapan.
-
Ketidakmampuan menghasilkan komunikasi tertulis.
Hasil yang akan
diharapkan / kriteria
evalusi, pasien akan :
-
Mengindikasikan pemahaman tentang masalah komunikasi.
-
Membuat metode komunikasi dimana kebutuhan dapat
diekspresikan.
-
Menggunakan
Intervensi :
1. Kaji tipe / derajat disfungsi, seperti
pasien tidak tampak memahami atau mengalami kesulitan berbicara atau membuat
pengertian sendiri.
R : Membantu menentukan daerah dan derajat
kerusakan serebral yang terjadi dan kesulitan pasien dalam beberapa atau
seluruh tahap proses komunikasi.
2. Perhatikan kesalahan dalam komunikasi dan
berikan umpan balik.
R : Umpan balik membantu
pasien merealisasikan respon dan memberikan kesempatan untuk mengklarifikasikan
isi / makna yang terkandung dalam ucapannya.
3. Gunakan pertanyaan terbuka dengan jawaban
“ ya / tidak “ selanjutnya kembangkan pada pertanyaan yang lebih kompleks
sesuai respon pasien.
R : Sebagai proses
latihan kembali untuk lebih mengembangkan komunikasi lebih lanjut.
4. Anjurkan pengunjung / orang terdekat
mempertahankan usahanya untuk berkomunikasi dengan pasien.
R : Mengurangi
isolasi sosial pasien dan meningkatkan penciptaan komunikasi yang efektif.
5. Kolaborasi dengan fisioterapi serta dengan
ahli terapi wicara.
R : Untuk membantu
keberhasilan / mengidentifikasi keefektifan terapi.
3. Nutrisi, kurang dari kebutuhan
Dapat dihubungkan dengan :
kerusakan neuromuskuler / perseptual, penurunan kesadaran.
Kemungkinan dibuktikan oleh :
kesulitan mengunyah dan menelan.
Hasil yang akan
diharapkan / kriteria
evalusi, pasien akan :
-
Mendemonstrasikan metode makan tepat untuk situasi
individual dengan aspirasi tercegah.
-
Mempertahankan berat badan yang diinginkan.
Intervensi :
1. Tinjau ulang patologi / kemampuan menelan
pasien secara individual, catat paralisis fasial, gangguan lidah.
R : Intervensi nutrisi / pilihan rute makanan
ditentukan oleh faktor patologi.
2. Stimulasi bibir untuk menutup dan membuka
mulut secara manual.
R : Membantu dalam
melatih kembali sensori dan meningkatkan kontrol muskuler.
3. Mulai untuk memberikan makanan per oral
setengah cair, makanan lunak ketika pasien dapat menelan air.
R : Makanan lunak / cairn kental lebih mudah
untuk mengendalikan di dalam mulut, menurunkan risiko terjadinya aspirasi.
4. Berikan makanan dengan perlahan pada
lingkungan yang tenang.
R : Pasien
dapat berkonsentrasi pada mekanisme makan tanpa adanya distraksi / gangguan
dari luar.
5. Kolaborasi dalam pemberian IV dan/atau
makanan melalui selang.
R : Mungkin
diperlukan untuk memberikan cairan pengganti dan jika pasien tidak mampu untuk
memasukkan segala sesuatu melalui mulut.
4. Perfusi jaringan, perubahan serebral
Dapat dihubungkan dengan :
interupsi aliran darah : gangguan oklusif, hemoragi, vaso spasme serebral,
edema serebral.
Kemungkinan dibuktikan
oleh :
-
Perubahan tingkat kesadaran ; kehilangan memori.
-
Perubahan dalam sensor motorik / sensori ; gelisah.
-
Defisit sensori, bahasa, intelektual dan emosi.
-
Perubahan tanda - tanda vital.
Hasil yang akan
diharapkan / kriteria
evalusi, pasien akan :
-
Mempertahankan tingkat kesadaran.
-
Mendemonstrasikan tanda - tanda vital stabil dan tanda peningkatan TIK.
-
Menunjukkan tidak ada kekambuhan defisit.
Intervensi :
1. Pantau / catat neurologis sesering
mungkin.
R : Mengetahui kecenderungan tingkat kesadaran
dan potensial peningkatan TIK.
2. Pantau tanda - tanda vital.
R : Variasi
mungkin terjadi oleh karena tekanan / trauma serebral pada daerah vasomotor
otak.
3. Pantau frekuensi dan irama jantung :
auskultasi adanya mur - mur.
R : Perubahan terutama
adanya bradikardi dapat terjadi akibat kerusakan otak.
4. Evaluasi pupil, catat ukuran, bentuk,
kesamaan dan reaksinya terhadap cahaya.
R : Reaksi pupil diatur
oleh saraf kranial okulomotor dan berguna dalam menentukan apakah batang otak
tersebut masih baik.
5. Pertahankan tirah baring, ciptakan
lingkungan yang tenang.
R : Istirahat dan
ketenangan diperlukan untuk pencegahan terhadap perdarahan dalam kasus stroke
hemoragik.
5. Defisit
perawatan diri berhubungan dengan kelemahan otot sekunder
Tujuan :
Setelah dilakukan asuhan keperawatan dalam waktu 2 x 24 jam pasien dapat
melakukan perawatan diri secara mandiri.
Kriteria hasil :
1.
Pasien dapat meningkatkan kekuatan dan fungsi bagian
tubuh
2.
Dapat mendemonstrasikan perilaku yang memungkinkan
melakukan aktivitas
3.
mempertahankan posisi optimal
Intervensi :
1.
Kaji kemampuan secara fungsional
R : mengidentifikasi kekuatan dan kelemahan dan memberi informasi tentang
pemulihan
2.
Ajarkan tentang gerak aktif
R : meminimalkan atrofi otot, meningkatkan sirkulasi darah
3.
Sokong ekstermitas dalam posisi yang fungsional
R : mencegah kontraksi otot
4.
Tinggikan kepala dan tangan
R : meningkatkan aliran balik vena dan mencegah udema
5.
Konsultasi dengan ahli fisioterapi
R : membantu pasien dalam melakukan rentang gerak aktif
DAFTAR PUSTAKA
Capernito, Lynda Juall ( 2000 ). Diagnosa
Keperawatan, Edisi 6. EGC : Jakarta.
.
Doenges, Marilynn E ( 2000 ). Rencana Asuhan Keperawatan, Edisi 3.
EGC : Jakarta.
Harsono ( 1999 ). Buku Ajar Neurologi Klinis, Edisi 1. Gadjah Mada
Unversity Press : Yogyakarta.
Mardjono, Prof, Dr, Mohar ( 2003 ). Neurologi Klinis Dasar. Dian
Rakyat : Jakarta.
Sidharta, Prof, Dr, Priguna ( 1999 ). Neurologi
Klinik Dasar Praktek Umum. Dian Rakyat : Jakarta.
STIKes Hutama Abdi Husada Tulungagung FORMAT PENGKAJIAN
DI INSTALASI GAWAT DARURAT
NO. MR : 638765
DATA IDENTITAS SOSIAL
PASIEN
Nama Lengkap (Nama sendiri)
|
Sex
|
Umur /Tgl lahir
|
|
Tn.M
|
|
Laki-Laki
|
70 th.
|
Alamat Pasien (Menurut KTP/SIM)
|
|||
No. KTP/SIM : 609776877556
Jln/Dsn : Karanganyar
Kel/Desa : Karanganom
Kec. : Munjungan
Kodya/Kab. : Trenggalek
|
|||
Agama
|
Suku
|
Bangsa
|
Kasus Polisi
|
Islam
|
Jawa
|
Indonesia
|
|
Status Perkawinan
|
Jenis Pembayaran
|
Pendidikan
|
Pekerjaan
|
Kawin
|
Sendiri
|
SD
|
Tani
|
Cara Datang
|
Transportasi ke IRD
|
Komunikasi
|
|
|
Datang sendiri
|
Mobil
|
|
Kejadian tgl : 02-01-2014 Jam :
12.00WIB
Di Rumah
|
|||
Datang di IRD tgl : 02-01-2014 Jam : 15.00 WIB
|
|||
Keadaan Pra Hospitalisasi :
GCS :………Tensi : 180/100 mmHg, Nadi :70 x/mnt
Pernafasan : 20
x/mnt, Suhu 37°C
Tindakan Pra Hospital :
RJP Infus P Bebat ETT
Penjahitan
Trakeostomi NGTP Bidai Pipa
oro/naso
O2 P Obat P KateterP Suetion Pharingial
Dll…………….
Urine
|
|||
TRIAGE : Jam09.00WIB oleh
perawat
Keluhan Utama
Px.mengatakan ekstremitas
kiri tidak dapat di gerakkan
|
S.ax : 37 °C
S.rec : 37,4 °C
|
N : 65x/mnt
T : 170/100mmHg
|
|
P : 22 x/mnt
|
(Pediatri)
BB : ………………..Kg
|
||
Riwayat Penyakit :
-
DM
-
PJK - Dll
-
Asma - Tidak ada
|
|||
Riwayat Alergi : Ya Tidak Lain – lain
|
Kategori Triage :
P1 P2P
P3 PO
|
||
Keadaan Umum ; (Obyektif) :
Baik
Sedang
Buruk
|
|||
-
|
Pernafasan : (B)
Gerak dada
SimetrisP Asunetris
Pernafasan : (B)
-
Normal
-
Retractive
-
Kusmaul
-
Dangkal
-
Trachypnoe
|
Sirkulasi : (C)
N.Carotis :………./mnt
N.Radial :………./mnt
Kulit Muskulo :
-
Normal
-
Jaundice
-
Cyanosis
-
Pucat
-
Berkeringat
-
Akral…………..
|
GCS :
R.Mata :…3………….
R.Verval : ……1………
R.Motorik : ……4………
Total : …………….
|
Pemeriksaan Fisik
(Assasment) Keterangan
|
||
Jam :
|
Pemeriksaan : Lab / Foto /
ECG / Lain – lain
|
|
Diagnosa : CVA
|
||
Jam
|
Terapi / Tindakan / Konsul
Ranitidin 2x1
Metamizole 3x1
Neurofam 2x1
Ceftriaxon 3x1
|
Jawaban / catatan
|
Jam keluar IRD : 19.30
|
||
Tindakan Lanjut
KRS MRS P
PP D Operasi Pindah ke bag…….. Lain – lain ……….
|
||
Tanggal
Nama Perawat : Akhmad nur wakhid
|
Tanda Tangan
|
ANALISA DATA
Nama Pasien : Tn. M
Umur : 70
No. Register : 638765
KELOMPOK
DATA
|
MASALAH
|
KEMUNGKINAN
PENYEBAB
|
||||||||||||||||||||||||
Ds : Pasien
mengatakan anggota gerak sebelah kiri lemah, keluarga px. Mengatakan setiap
kebutuhan px. Di bantu keluarga.
Do :
-k/u lemah
-ektremitas
kiri lemah
-TTV
TD : 170/100
N : 70
S : 37
-Kekuatan otot
5 3
5 2
DS :
-
Keluarga pasien mengatakan pasien sulit untuk makan
dan menelan.
-
Pasien mengatakan takut tersedak.
DO :
-
Pasien hanya dapat makan dengan 2 sendok tiap hari.
-
Pasien tidak nafsu makan.
-
Kesadaran somnolen
-TTV
TD : 170/100
N : 70
S : 37
-Kekuatan otot
5 3
5 2
|
Gangguan Mobilisasi
Perubahan
nutrisi kurang dari kebutuhan.
|
Stroke infark
Gangguan
muskuloskeletal
Kelemahan otot
Kerusakan mobilitas
fisik
penyumbatan
aliran darah
Jumlah suplai aliran darah berkurang
Aliran darah
didaerah thrombus berkurang
Stroke infark
Gangguan neurotransmiter
Pencernaan
Kehilangan sensasi
pada lidah, pipi, tenggorokan, disfagia
Nafsu makan hilang
|
DAFTAR DIAGNOSA KEPERAWATAN
Nama Pasien : Tn. M
Umur : 70
No. Register : 638765
NO
|
TANGGAL
MUNCUL
|
DIAGNOSA
KEPERAWATAN
|
TANGGAL
TERATASI
|
TTD
|
1.
2.
|
02-01-2014
02-012014
|
Kerusakan mobilitas fisik berhubungan
dengan kelemahan otot skunder terhadap gangguan muskuloskeletal ditandai
dengan : Ds. pasien mengatakan badanya terasa lemah, keluarga mengatakan
klien dalam beraktivitas dibantu oleh keluarga
Do. -pasien hanya tiduran
-k/u lemah
-ektremitas kiri lemah
-TTV : -TD : 170/100mmHg
-N : 70
-S : 37
-kekuatan otot
5 3
5 2
Perubahan
nutrisi kurang dari kebutuhan berhubungan dengan kesulitan mengunyah atau
menelan dan penurunan kesadaran ditandai dengan
Ds. keluarga pasien mengatakan pasien sulit
untuk makan dan menelan
DO :
-
Pasien hanya dapat makan dengan 2 sendok tiap hari.
-
Pasien tidak nafsu makan.
-
Kesadaran somnolen
-TTV
TD : 170/100
N : 70
S : 37
-Kekuatan otot
5 3
5 2
|
|
|
RENCANA ASUHAN KEPERAWATAN
Nama pasien :
Tn. M
Umur :
70
No. Register :
638765
NO
|
DIAGNOSA
KEPERAWATAN
|
TUJUAN
|
KRITERIA
STANDART
|
RENCANA
TINDAKAN
|
RASIONAL
|
TANDA TANGAN
|
1.
2.
|
Kerusakan mobilitas fisik berhubungan dengan kelemahan
otot skunder terhadap gangguan muskuloskeletal ditandai dengan : Ds. pasien
mengatakan badanya terasa lemah, keluarga mengatakan klien dalam beraktivitas
dibantu oleh keluarga
Do. -pasien hanya tiduran
-k/u
lemah
-ektremitas kiri lemah
-TTV :
-TD : 170/100mmHg
-N : 70
-S : 37
-kekuatan otot
5 3
5 2
Perubahan
nutrisi kurang dari kebutuhan berhubungan dengan kesulitan mengunyah atau
menelan dan penurunan kesadaran ditandai dengan
Ds. keluarga pasien mengatakan pasien sulit
untuk makan dan menelan
DO :
-
Pasien hanya dapat makan dengan 2 sendok tiap hari.
-
Pasien tidak nafsu makan.
-
Kesadaran somnolen
-TTV
TD : 170/100
N : 70
S : 37
-Kekuatan otot
5 3
5 2
|
1.tujuan jangka pendek : setelah di lakukan tindakan 1x24 jam di
harapkan keadaan mobilisasi pasien membaik.
2.tujuan jangka panjang: setelakukan tindakan di harapkan stroke
klien teratasi.
1.tujuan jangka pendek : setelah
di lakukan tindakan 1x24 jam di harapkan nutrisi klien terpenuhi
2.tujuan jangka panjang: setelakukan tindakan di harapkan stroke
klien teratasi.
|
1. k/u baik
2. TTV normal
3. klien bisa menggerakkan anggota badan
4. kekuatan otot meningkat
1. k/u baik
2. TTV normal
3. Nafsu makan meningkat
4. kekuatan otot meningkat
|
1. BHSP
2. Observasi tanda-tanda
vital.
3. Ubah posisi minimal
setiap 2 jam
4. Mulailah melakukan latihan rentang gerak aktif
dan pasif pada semua ekstremitas.
5. Tempatkan bantal di bawah aksila.
6. Kolaborasi dengan ahli
fisioterapi.
7. Kolaborasi dengan tim medis
dalam pemberian tx. Dan kolaborasi dengan ahli gizi.
1.
Tinjau
ulang patologi /kemampuan menelan pasien secara individual,
2.
Stimulasi
bibir untuk menutup dan membuka mulut secara manual.
3.
Mulai
untuk memberikan makanan per oral setengah cair, makanan lunak ketika pasien
dapat menelan air.
4.
Berikan
makanan dengan perlahan pada lingkungan yang tenang.
5.
Kolaborasi dengan
tim medis
|
1. Memberikan
rasa saling percaya
2. Untuk
mengetahui perkembangan pasien
3. Menurunkan risiko terjadinya trauma /
iskemia jaringan ( seperti dekubitus )
4. Meminimalkan atrofi otot, meningkatkan
sirkulasi dan mencegah kontraktur.
5. Meningkatkan sirkulasi, mempertahankan
tonus otot dan mencegah atrofi otot dan kontraktur pada daerah bahu.
6. Memberikan
terapi fisik.
7. Untuk
memberikan obat dan diet yang tepat
1. Intervensi nutrisi / pilihan rute
makanan ditentukan oleh faktor patologi.
2. Membantu dalam melatih kembali sensori
dan meningkatkan kontrol muskuler.
3. Makanan lunak / cairn kental lebih mudah
untuk mengendalikan di dalam mulut, menurunkan risiko terjadinya aspirasi.
4. Pasien dapat berkonsentrasi pada
mekanisme makan tanpa adanya distraksi.
5. Menentukan
tx. Yang tepat
|
|
TINDAKAN KEPERAWATAN CATATAN PERKEMBANGAN
Nama Pasien : Tn.m Umur : 70
No. Register :638765 Kasus
: CVA
NO
|
NO. DX
|
TANGGAL/
JAM
|
IMPLEMENTASI
|
TANDA TANGAN
|
TANGGAL/
JAM
|
E V A L U A S I
|
TANDA TANGAN
|
1.
2.
|
1.
2.
|
|
1. BHSP
2. Mengobservasi tanda-tanda vital.
3. Mengubah
posisi minimal setiap 2 jam
4.
Melakukan latihan rentang gerak
aktif dan pasif pada semua ekstremitas.
5.
Tempatkan bantal di bawah aksila.
6.
Berkolaborasi dengan ahli fisioterapi.
7.
Berkolaborasi dengan tim medis dalam pemberian tx. Dan kolaborasi dengan ahli
gizi.
1.
Kaji kemampuan menelan pasien terhadap paralysis
fasial, gangguan lidah karena hemiparese dan pasien takut tersedak.
2.
Memotivasi atau menstimulasi bibir untuk menutup dan
membuka mulut.
3.
Observasi makanan dan minuman yang dihabiskan.
4.
Berikan makanan sedikit demi sedikit dan perlahan -
lahan dengan makanan lunak / cair.
5.
Berikan lingkungan yang nyaman dan tenang.
6.
Memberian HE pada keluarga tentang pentingnya nutrisi
per oral.
|
|
|
S : pasien mengatakan tangan
kanan dan kaki kiri pasien masih sulit digerakkan.
O : - Ekstremitas
kiri masih lemah.
- MMT 5 3
5 2
- TTV : S : 37 0
C, P : 80 x/menit, N : 24 x/menit, TD : 140/70 mmHg.
- Bicara masih pelo
dan wajah masih agak perot ke kiri.
- Pasien dapat
memiringkan tubuh pada ekstremitas yang kuat dengan meletakkan bantal dibawah
aksila.
A : Masalah
teratasi sebagian
P : Intervensi
dilanjutkan.
S : Keluarga pasien mengatakan pasien masih sulit untuk
makan
O : - pasien masih belum bisa makan sendiri
- Pasien
tidak nafsu makan
- MMT 5 3
5 2
- TTV : S : 37 0
C, P : 80 x/menit, N : 24 x/menit, TD : 140/70 mmHg.
A : Masalah belum teratasi
P : Intervensi di lanjutkan
|
|
Tidak ada komentar:
Posting Komentar